4:05 PM
0

 

Kristologi adalah salah satu doktrin utama dalam Kekristenan dan ini juga merupakan pengajaran pokok tentang Yesus Kristus.  Hal ini menyangkut mengenai pra eksistensi Yesus.  Banyak orang Kristen berpikir bahwa Yesus hanya ditemukan di dalam Perjanjian Lama berbeda dengan Yesus di dalam Perjanjian Baru.  Karena itu mereka memisahkan Allah di dalam Perjanjian Lama dengan Yesus dalam Perjanjian Baru.  Sebenarnya,perihal mengenai keberadaan Yesus sendiri sudah di nubuatkan dalam kitab Perjanjian Lama salah satunya dalam kitab Yesaya.[1]

Nabi Yesaya sendiri hidup dalam suatu periode yang genting bagi sejarah bangsanya, yaitu setengah-abad yang kedua daripada abad ke-8 SM.  Yesaya dipanggil menjadi nabi pada tahun kematian raja Uzia (Yes. 6:1).  Sedangkan pelayanannya yang terakhir yang dapat diketahui waktunya dengan pasti adalah pada waktu serangan Sanherib (tentara Asyur) terhadap Yehuda pada tahun 701 SM.[2]

Keadaan makmur dalam bangsa Yehuda terjadi pada masa pemerintahan raja Yotam (Yes 2-4).  Namun pada masa pemerintahan Ahas, bangsa Asyur sekali lagi mulai menyerang bangsa-bangsa di sebelah Baratnya.  Oleh karena itu kerajaan Yehuda mendapat tekanan dari kerajaan Israel dan bangsa Siria untuk masuk dalam satu koalisi melawan Asyur.  Tugas Yesaya pada waktu itu adalah untuk menasehati Raja Ahas suapaya dia percaya kepada Tuhan Allah saja dengan tidak bersandar kepada sekutunya.  Setelah Yesaya gagal dalam usahanya itu, kemudian Yesaya ditugaskan untuk menubuatkan penghukuman dan penghancuran bagi Yehuda (Yes 7).  Juga pada waktu itu Yesaya bernubuat tentang kedatangan seorang raja sempurna (Mesias), yang bernama Imanuel (Yes 7:14).[3]

Nubuat ini di dahului cerita pertemuan Nabi Yesaya dengan Raja Ahas.  Ahas adalah raja Yehuda yang paling berdosa. Dia bukan hanya menyembah berhala, tetapi juga membakar anaknya sendiri untuk persembahan bagi para berhala. Tingkah laku yang sangat menjijikkan bagi Tuhan (Yer. 7:31). Ahas adalah raja yang paling berani berbuat dosa, bahkan mengalahkan keberdosaan raja-raja Israel! Perbuatannya membuat Tuhan murka kepada dia dan kepada seluruh Yehuda.[4]

Ketika Ahas memutuskan untuk meminta tolong kepada Asyur, ketika itu Ahas dalam keadaan panik dan takut, sebab Aram dan Israel akan menyerang Yehuda.  Karena ketakutannya itulah maka Ahas melakukan tindakan yang dianggapnya "rasional". Sebagai seorang raja, ia harus memikirkan keselamatan bangsanya dan dirinya sendiri. Ia tidak bisa menunggu lagi karena Aram dan Israel akan segera menghancurkan Yerusalam dan Yehuda. Ia harus bertindak cepat, berpikir logis dan minta bantuan kepada Asyur dinilai sebagai tindakan tepat. Kelihatannya disini, Ahas sudah terjebak dengan situasi. Pada waktu itu, memang tidak gampang, di lain sisi Ahas diminta Allah untuk beriman. Dalam situasi krisis, bukankah beriman merupakan pilihan paling akhir yang akan diambil oleh seorang yang berpikir logis? Tetapi tidak demikian dengan Ahas.[5]

Ahas diminta untuk memohon sebuah tanda oleh Yesaya. Sayang sekali, Ahas sudah menutup hatinya. Ia tidak akan mengubah keputusannya untuk meminta tolong kepada Asyur. Karena itu, Tuhan memberikan tanda meskipun Ahas tidak memintanya. Pemberian tanda ini merupakan sebuah demonstrasi yang dilakukan Allah untuk menentang Ahas. Allah ingin menunjukkan bahwa janji-Nya pasti terlaksana namun Ahas tetap buta. Tanda yang diberikan adalah akan lahirnya seorang anak sebagai simbol Imanuel, simbol bahwa "Allah beserta dengan kita [umat-Nya]." Namun, Ahas tetap keras hati.[6]

Dengan jalan ini Tuhan pun menggerakkan raja Aram dan raja Israel untuk memukul Yehuda. Bahkan kekalahan yang ditimbulkan oleh Israel bagi Yehuda sangat besar. Ratusan ribu orang mati karena serangan itu. Karena terjepit oleh Aram dan Israel, Ahas membayar orang-orang Asyur untuk menolong dia. Tetapi orang Asyur malah menekan Ahas sehingga kesulitan yang dialami oleh Ahas  menjadi makin besar. Selain Aram dan Israel, sekarang dia malah mendapatkan serangan dari Asyur.[7]

Ketika kita melihat  di dalam pasalnya yang ke 14, hal ini menjadi menarik sebab rincian mengenai kelahiran Sang Juru Selamat disinggung dalam hal ini. Lantas, Siapakah perempuan muda yang dimaksud didalam ayatnya yang ke 14? Kata perempuan muda atau perawan di sini dipilih secara hati-hati. Secara etimologis almâ tidak harus menerangkan seorang gadis yang belum pernah disentuh (virgo intacta). Tetapi kenyataannya, Kitab Suci Ibrani hanya memakai kata itu untuk seorang perempuan yang masih suci dan belum menikah (sedemikian jauh, konteks menunjukkan demikian). Ini cocok dengan konteks calon ibu yang disinggung dalam situasi itu. Memperhatikan Yes 8:1-4, ibu yang bersifat kiasan itu adalah nabiah yang menjadi isteri Yesaya tidak lama sesudah nubuat itu diucapkan. Karenanya ketika janji itu diberikan, dia adalah seorang perawan atau perempuan muda. Dia berfungsi sebagai kiasan untuk Perawan Maria, yang tetap perawan bahkan sesudah dia mengandung secara ajaib oleh kuasa Roh Kudus. Dengan demikian anak dari nabiah ini berfungsi sebagai kiasan untuk Imanuel, sang Mesias, seperti akan segera dijelaskan. Yes 7:15.[8]

Nubuat ini pada saat itu mungkin tidak dipandang signifikan.  Akan tetapi, Yesaya juga berbicara mengenai seorang anak, seorang anak yang nantinya akan memerintah, yang kekuasaannya memberikan damai sejahtera, keamanan, dan keadilan yang tiada berakhir.  Jelaslah bahwa ‘anak’ ini penuh dengan makna penting.  Ia akan duduk di atas tahta Daud dan disebut dalam hal-hal yang lain, “Allah yang Mahakuasa”(Yes. 9:6).[9]

 Dadih dan madu  dalam ayatnya ke 15, adalah makanan baku untuk orang yang tinggal di tanah tandus yang telah berubah menjadi padang penggembalaan. Makanan itu harus dimakan oleh anak laki-laki nabiah tersebut dan juga oleh bangsa-bangsa di sekitarnya akibat perusakan oleh bangsa Asyur (band. 2Taw 28).  Sampai ia tahu, yakni sampai dia mencapai usia di mana dia dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum (tidak diragukan itu adalah usia dua belas tahun). Ini pasti menunjuk tahun 721 SM, sesudah serangan menghancurkan oleh Salmaneser V dan Sargon. Jelas bahwa pada tahun 721 SM Damsyik ditinggalkan (sesudah direbut oleh Asyur pada tahun 732 SM), demikian juga Samaria (yang jatuh pada tahun 722 SM). Karena tidak mau percaya kepada-Nya maka TUHAN akan mendatangkan atas Ahas dan rakyatnya.[10]

 

Kesimpulan:

Fokus utama dari nubuat Yesaya adalah visinya mengenai Allah sebagai “Yang Maha kudus, Allah Israel” yang dikemukakan dengan hidup dalam panggilan dramatis kenabian Yesaya (pasal 6). Kekudusan Allah mencerminkan perhatian kitab Yesaya terhadap keseriusan dosa  dan pelanggaran Israel terhadap Allah Yang Mahakudus itu.  Tekanan kepada kekudusan Allah berakar pada pujian kepada kemuliaan Allah di dalam ibadah Bait Suci.  Bagi Yesaya, pemuliaan Allah merupakan kesimpulan dari keterbatasan manusia. Kemampuan dan kesombongan manusia akan kekuasaan akan mencelakakan dan mengakibatkan kegagalan.  Kehebatan raja-raja dan kerajaan-kerajaan tidak dapat dibandingkan dengan Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam (Yes. 6:5).[11]

Berkaitan dengan eksistensi dan atribut Allah sebagai “Yang Mahakudus, Allah Israel”, maka tuntutan dasar Yesaya adalah iman kepada Allah seperti penegasan Yesaya terhadap raja Ahas, “Jika kamu tidak percaya sungguh, kamu tidak teguh jaya” (Yes. 7:9). Iman di sini berarti percaya dan lebih bersandar kepada Allah dari pada kekuatannya sendiri. Konteks dari iman ini muncul dari gagasan kerajaan dari keturunan Daud sebagaimana menjadi janji Tuhan melalui nubuat nabi Natan kepada Daud (2 Sam. 7).[12]

Yesaya menuntut baik rakyat maupun rakyat Yehuda hidup dalam iman kepada “Yang Mahakudus, Allah Israel,” walaupun hal ini tidak mudah pada saat pasukan kerajaan Asyur sudah mendekat. Yesaya tidak gegabah dengan menyatakan bahwa Allah wajib melindungi umat dari segala mara bahaya. Yesaya menyatakan bahwa penderitaan dan penghancuran akan datang, namun ia mendesak supaya hidup berjalan berjalan terus dan tetap percaya kepada Allah.

Hal yang semakin meneguhkan kita juga adalah disini kita melihat bahwa kelahiran Yesus sebagai sang Mesias telah dinubuatkan sejak zaman Perjanjian Lama salah satunya di dalam kitab Yesaya.  Dan kelahiran Yesus sendiri di genapi 700 tahun kemudian.  Kita melihat bahwa Allah adalah pribadi yang tidak pernah ingkar dalam menyatakan janji-janjiNya bagi kita.

 

Daftar Pustaka:

Thomas Hwang. Kristologi. Yogyakarta: AMI Publication.

 

Denis Green. Pengenalan Perjanjian Lama. Malang: Penerbit Gandum Mas.1984.

 

S.H. Widyapranawa. Tafsiran Alkitab Yesaya 1-12. Jakarta:BPK Mulia. 1985.

 

Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary Volume 2. Malang: Gandum Mas. 2005.

 

Robert Letham. Allah Trinitas. Surabaya:Penerbit Momentum.

 

Barnabas Ludji. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2. Bandung: Bina Media Informasi. 2009.



[1] Thomas Hwang. Kristologi.(Yogyakarta: AMI Publication). Hlm 179.

[2] Denis Green. Pengenalan Perjanjian Lama. (Malang: Penerbit Gandum Mas.1984). Hlm. 152.

[3] Ibid. Denis Green. Hlm. 153.

[4] S.H. Widyapranawa. Tafsiran Alkitab Yesaya 1-12. (Jakarta:BPK Mulia. 1985). Hlm. 91

[5] Ibid. Denis Green. Hlm. 154.

[6] Ibid. S.H. Widyapranawa. Hlm 92.

[7] Ibid. S.H. Widyapranawa. Hlm 92.

[8]Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary Volume 2. (Malang: Gandum Mas. 2005 ). Hlm 437.

[9] Robert Letham. Allah Trinitas. (Surabaya:Penerbit Momentum). Hlm. 32.

[10] Ibid. Charles F. Pfeiffer, Everett F. Harrison.. Hlm 437.

[11] Barnabas Ludji. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2.(Bandung: Bina Media Informasi. 2009). Hlm 73.

[12] Ibid. Barnabas Ludji. Hlm 74.

0 komentar:

Post a Comment