2:18 AM
0
www.yoechua.com



Penciptaan Menurut Kristen
Penciptaan Menurut Padangan Kristen yang bersumber dari Alkitab sangatlah jelas. Sehingga tidak ada perdebatan yang mendasar.

1.        Pada Mulanya...
Menurut Rita Wahyu dari ISCS Indonesia, Permulaan Langit dan Bumi tercatat pada Alkitab PL.  Khususnya Kejadian 1:1 “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi.” (Kej 1:1) Kata BERE’SHIT / Pada mulanya dipahami  secara harafiah sebagai “In a beginning” yang mengarah “pada awal dari ...” atau “pada pemulaan dari...” menegaskan bahwa permulaan yang dimaksud dalam Kejadian 1:1 bukanlah permulaan kekekalan, melainkan permulaan dari penciptaan langit dan bumi dan segala isinya termasuk benda-benda langit.[15]
Dalam penciptaan Bumi dan langit, Alkitab mencatat dalam bahasa Ibrani Permulaan dengan kata “BERE’SHIT” dalam artian “in a beginning” merupakan bentuk ekspresi iman yang terkait dengan keseluruhan fondasi hidup. Maksud dari ayat ini adalah bahwa alam semesta beserta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Semua bergantun pada suatu konsep ilahi dan hanya bisa dipahami dalam terang rencana Allah.[16]
Menurut Calvin, kata Pada Mulanya...“BERESHIT” jikamenguraikan istilah "permulaan," Kristus, sama sekali tidak penting. Karena Musa hanya bermaksud untuk menegaskan bahwa dunia tidak belum sempurna pada saat permulaannya, dengan cara yang sekarang terlihat, tetapi bahwa ia menciptakan dari kekacauan kosong langit dan bumi. Karenanya, bahasanya dapat dijelaskan. Ketika Tuhan pada mulanya menciptakan langit dan bumi, bumi kosong dan sia-sia.[17]
Allah telah eksis sejak kekekalan, Ia menciptakan alam semesta.  Apa yang bisa dilihat oleh manusia, bisa terjangkau mata, dan apa bisa terjangkau teknologi manusia, semuanya sebenarnya hanyalah seperti “gelas” yang ada di dalam genggaman Allah. Sebab dimensi Allah berada pada kekekalannya.[18] Sehingga Manusia tidak dapat menjelaskan penciptaan, Tetapi tegas Allah menciptakan dunia yang tercatat di dalam Alkitab.
Dalam penciptaan ini sendiri secara absolut bahwa Allah pada mulanya adalah pencipta Langit dan Bumi. Pada mulanya yang sangat absolut Bahwa Allah yang menciptakan. Tidak ada teori manusia yang dapat membuktikan bahkan penjelasan mengenai Big Bang pun tidak memadai. Pada mulanya ketika Tuhan menciptakan (> absolut pada mulanya Tuhan menciptakan).
Penjelasan lebih lanjut William Craig menekankan bahwa kebijaksanaan konvensional adalah bahwa tidak mungkin untuk "membuktikan" keberadaan Tuhan dan Pencipta. Oleh karena itu, jika kita akan percaya pada Tuhan, kita harus "Membutuhkan iman" bahwa Tuhan itu ada.[19] Sehingga cukup dengan mengimani apa yang Tuhan adalah Pencipta dan itu adalah jawaban cukup.
Salah satu contoh kebijaksanaan konvesional adalah kalām Cosmological yang dikembangkan oleh Al-Ghazali (1058-1111). Al-Ghazali adalah seorang filsuf dan teolog muslim Persia yang hidup dalam era pertengahan. Pengembangan ini sendiri diadaptasi dari doktrin Aristoteles bahwa keabadian Alam semesta. Pendapatnya “Setiap keberadaan sesuatu yang dimulai memiliki alasan untuk pada mulanya; sekarang dunia adalah yang dimulai; oleh karena itu, dunia memiliki alasan untuk pada mulanya.” Ketika sampai pada penyebab utama, Allah adalah kekal. Sehingga dapat memiliki argumen Kalam Cosmological memiliki formula sebagai berikut :
1) Apa pun yang mulai ada pasti ada sebabnya.
2) Alam semesta mulai ada.
3) Karena itu, alam semesta memiliki sebab.
Analisis konseptual tentang apa artinya menjadi penyebab alam semesta kemudian bertujuan untuk menetapkan beberapa sifat signifikan secara teologis dari keberadaan sesuatu ini.[20]
Pada kenyataannya, siapapun yang menjadi “penyebab” pasti berarti “memiliki alasan yang cukup,” Hal-hal yang mulai ada pasti ada sebabnya. Dennett mengakui bahwa Allah itu “di luar waktu … tidak ada darinya dengan inisiasi atau asal yang membutuhkan penjelasan. Apa yang benar-benar perlu dijelaskan adalah alam semesta konkret ada itu dengan sendiri.” Sehingga jelas Allah itu tidak pernah muncul, tidak memiliki sebab, dan asal. Dennett menjelaskan bahwa segala sesuatu disebabkan oleh alam semesta itu sendiri.[22]

2.        Penciptaan 6 hari
Alkitab  memakai satuan bentangan waktu/ periode penciptaan dengan kata Ibrani “YOM”, yang arti harafianya adalah hari. Dan perlu dipahami “YOM” pengertiannya sangat luas. Dapat bermakna waktu dari matahari terbenam hingga terbit, siklus 24 jam. Namun juga bermakna waktu tertentu. Dalam bentuk jamak, kata “YOM” ini pun bermakna satu tahun. Sehingga makna “YOM” harus sesuai dengan konteksnya[24] Kalau melihat konteks dari kejadian 1 bahwa bisa disimpulkan 1 hari itu sama dengan 24 jam. Dimana terang dan gelap itu ada.

3.        Penciptaan Berasal Dari Firman Allah dari Yang Tidak ada menjadi Ada
Pada Kejadian 1:2, Kata Ibrani Tidak berbentuk dan kosong menggunakan kata “TOHU” dan “BOHU”, yang berarti tak berisi / tidak berbentuk dan ksoong. Ungkapan tersebut, seperit jug ahalya dengan istilah “gelap gulita menutupi samudera raya.’ Ini adalah bahasa kiasan yang bahwa pada awal penciptaan bermula dengan tidak adanya bentuk apa-apa. “TOHU VAVOHU” adalah ekspresi suatu ketidak-beraturan yang tidak terkatakan, kekosongan yang tak terkatakan didalamnya, karena proses penciptaan itu masih sedang berlangsung.[25]
Pada Kejadian 1:2, Kata Ibrani “TEHOM” digunakan dalam makna kumpulan air yang menyelimuti bumi, yang kala itu masih di proses oleh Allah. Atau bisa diibaratkan Samudera / Lautan. Kemudian kata “samudera” “TEHOM” digunakan untuk merunjuk kepada lautan yang luas dan yang dalam (abyss). Sehingga “TEHOM” dan “laut” ‘YAM” dalam konteks tertentu adalah istilah yang sinonim. Namun Alkitab tidak menjelaskan apa-apa tentang bagaimana atau kapan massa kumpulan air ini muncul. “TEHOM” dipergunakan seabgai sesuatu yang dikontraskan dengan langit. Sehingga mewakili yang kedalaman Bumi.[26]
Pada proses penciptaan dipergunakan verba ‘VAYOMER’ (dan Dia berfirman). Berasal dari Verba “AMAR” Leksikon Ibrani, berarti saying, speech, word, speaking, answer. Kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berfirman(jika Allah mengucapkan), berkata, menjawab, dan mengatakan, dll[27]
Pada Naskah Ibrani, verba “VAYOMER” penerjemahannya secara kontekstual, yaitu “dan Dia Berfirman”, sebab yang mengucapkannya adalah Allah Sang Pencipta Langit dan Bumi yang melukiskan niat Allah yang menjadi kenyataan dengan kuasa dari Sabda-Nya. Suatu Sabda yang memiliki makna daya kreatif yang dinyatakan dengan suatu karya dan hasil. Betapa Kejadian pasal 1-2 setealh suatu kindung pujian bagi Allah yang Empunya Alam Semesta.[28]
Alam semesta ini adalah hasil dari penciptaan dari Allah Sang Pencipta. Kata Ibrani “BARA” berarti Dia telah menciptakan,  digunakan hanya untuk hubungan dengan penciptaan oleh Allah sang Pencipta. Ini digunakan daam Alkitab Ibrani digukanak hanya sehubungan dengna Alkitab Ibrani untuk membedakan karya Allah dengan karya oleh manusia. Verba “BARA” adalah kata kerja yang pertamakali digunakan dalam Alkitab.[29]
Dia juga mengajar dengan kata "diciptakan," bahwa apa yang sebelumnya tidak ada sekarang diciptakan; karena dia belum menggunakan istilah “YATSAR” yang menandakan bingkai atau bentuk yang telah ada. Akan tetapi “BARA” yang menandakan untuk membuat dari yang tidak ada. Karena itu maknanya adalah, bahwa dunia terbuat dari ketiadaan. Oleh karena itu kebodohan mereka dibantah yang membayangkan bahwa benda yang tidak berbentuk ada dari kekekalan; bahwa dunia dilengkapi dengan ornamen baru, dan menerima bentuk yang sebelum itu tidak ada.[30]

4.        Adam dan Hawa
Pada Kejadian 1:26 ini pertama kainya kata “Adam” ‘ADAM’ artinya manusia ditulis dalam Alkitab dan dapat diartikan manusia secara umum. Cara membedakannya adalah dengan menimbang konteks. Dalam Kejadian 2:7 ini secara khusus disebutkan bahan dasar manusia itu diciptakan “manusia”. Alef-Dalet-Mem terhubung dengan kata untuk “tanah” atau “bumi”.[32]
Pada Kejadian 1:27 ini disebutkan bahwa Allah menciptakan “BARA” manusia yang terdiri dari laki-laki/ jantan “ZAKHAR” dan perempuan/betina “NEQEVAH’”. Pada Kejadian pasal 1 belum dirincikan bagaimana manusia yang ‘betina’ itu diciptakan. Baru pasal kedua rincian pembentukan manusia ini lebih jelas.[33]
Jikalau menelusuri Kej. 2;7, ada dua hal yang perlu dicemati bahwa penciptaan Adam : (1) Ada bahan yang menjadikan wujud manusia, yaitu debu yang berasal dari tanah. (2) Ada hembusan napas kehidupan dari Allah sendiri, sehingga manusia memiliki roh kehidupan.[34]
Alkitab mencatat dengan literal Debu yang berasal dari tanah dan ditambahkan dengan Roh yang memberikan kehidupan.
Karena itu dia menciptakan sifat manusia dalam diri Adam, dan dari situ membentuk Hawa, bahwa perempuan itu seharusnya hanya sebagian dari seluruh umat manusia. Dengan cara ini Adam diajarkan untuk mengenali dirinya sendiri dalam istrinya, seperti dalam cermin; dan Hawa, pada gilirannya, untuk menyerahkan diri dengan sukarela kepada suaminya, sebagai dibawa keluar darinya.[35]
Ia kehilangan salah satu tulang rusuknya; tetapi, alih-alih itu, hadiah yang jauh lebih kaya diberikan kepadanya, karena ia memperoleh rekan hidup yang setia; karena dia sekarang melihat dirinya sendiri, yang sebelumnya tidak sempurna, menjadikan lengkap istrinya. [36]
Istilah “EZER KENEG’DO” dalam makna bahasa asli Ibrani perempuan digambarkan dalam istilah “oposisi”: yaitu sebagai “pembantu yang berlawanan dengannya.” Bahkan terjemahan “penolong” untuk kata “EZER” adalah terjemahan yang lemah, tidak begitu representatif. “KENEG’DO” berasal dari ajektiva: NEGED, artinya: dihadapkan bersebarangan, ditambah dengan Khaf yang berarti kepemilikan. Sehingga Perempuan yang disamping Adam adalah “EZER” (Pembantu/Penolong) dan “KENEG’DO” (Berseberangan dengan Adam).[37] Akan tetapi lebih lanjut justru berseberangan ini adalah saling melengkapi antara laki-laki dengan perempuan.
Manusia itu menamai istrinya “Hawa” “KHAVAH” karena ia adalah ibu dari semua yang hidup “KHAY”. Bentuk penulisan “KHAVAH” terkoneksi dengan “KHAYAH” yang artinya makhluk hidup/bernyawa. Adam memanggil isrinya dengan nama “KHAVAH”, karena dari dia akan lahir seluruh umat manusia yang akan memenuhi bumi. Serta merupakan suatu harapan dari Adam, suatu pernyataan keimanannya juga pengucapan syukurnya, bahwa ia masih diberikan kesempatan untuk meneruskan kehidupannya.[38]

Kesimpulan
Untuk menelusuri Penciptaan dari orang Islam justru tidak memiliki pandangan kuat mengenai Hal ini. Sehingga tidak memiliki inkonsistenan yang terjadi di dalam kitab Mereka. Sebaliknya kekrisenan cukup jelas menjelaskan mengenai teologi penciptaan yang benar.
Alkitab sudah cukup memberikan penjelasan penciptaan secara benar. Keabsolutan penciptaa bumi dan alam semesta berada di dalam kekausaan Allah. Sehingga tidak ada hal bahkan pengetahuan manusia yang dapat melampuai sang pencipta. Sehingga Allahlah yang absolut sebagai penciptan Alam Semesta.
Penggunaan bahasa Ibrani sangat mempengaruhi maksud dan tujuan Allah mencipakan Alam Semesta ini.


DAFTAR PUSTAKA

1.        Calvin,John.Commentary on Genesis - Volume 1.  Terjemahan John King dan Hull.   (Grand Rapids. Michigan: Christian Classics Ethereal Library)
2.        Craig,William Lane.Reasonable Faith: Christian Faith and Apologetics.  (2008.  Wheaton. Illinois:Crossway Books).
3.        Dave, Donald G dan John B.  Carman.Christian Faith in A Religiously Prural World.  (1978. Maryknoll. New York:Orbis Books).
4.        Geisler,Norman L, dan Abdul Saleeb.Answering Islam : the crescent in light of the cross.  (2003.  Grand Rapids. Michingan: Baker Books).
5.        Shavit,Uriya.Scientific and Political Freedom in Islam A Critical Reading of the Modernist-Apologetic School.  (2017.  New York:Routledge) 
6.        Tjahjadi, Simon Petrus L..Pertualangan Intelektual. Konfrontasi dengan Para Filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman modern.  (2004.Yogyakarta:Kanisius).
7.        Wahyu,Rita.Eksegesis Peshat Kitab Kejadian BERESHIT – PADA MULANYA.  (2018. Malang:ISCS).
8.        Yahya,Harun.Miracles of the Qur’an. (2001. Canada:Al-Attique)




[1]Donald G Dave dan John B.  Carman, Christian Faith in A Religiously Prural World.  (1978, Maryknoll, New York:Orbis Books), Hml.  59
[2]Ibid,  Donald G Dave dan John B.  Carman, 1978,  Hml.  59
[3]Harun Yahya, Miracles of the Qur’an, (2001, Canada:Al-Attique),Hml.  12
[5]Uriya Shavit, Scientific and Political Freedom in Islam A Critical Reading of the Modernist-Apologetic School,  (2017,  New York:Routledge)  Hlm. 59-60.
[6] Norman L.  Geisler dan Abdul Saleeb,  Answering Islam : the crescent in light of the cross,  (2003,  Grand Rapids, Michingan: Baker Books),  Hlm 35
[7] Ibid,  Norman L.  Geisler dan Abdul Saleeb,  2003,Hml.  35
[9]Simon Petrus L. Tjahjadi,  Pertualangan Intelektual, Konfrontasi dengan Para Filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman modern,  (2004, Yogyakarta:Kanisius),  Hml.  21
[10] Norman L.  Geisler dan Abdul Saleeb,  Answering Islam : the crescent in light of the cross,  (2003,  Grand Rapids, Michingan: Baker Books),  Hml.  40
[11] Ibid,  Norman L.  Geisler dan Abdul Saleeb,  2003,Hml.  40
[12]Ibid,  Norman L.  Geisler dan Abdul Saleeb,  2003,Hml.  40-41
[13]Ibid,  Norman L.  Geisler dan Abdul Saleeb,  2003,Hml.  35
[14] Ibid,  Norman L.  Geisler dan Abdul Saleeb,  2003,Hml.  36
[15] Rita Wahyu, Eksegesis Peshat Kitab Kejadian BERESHIT – PADA MULANYA,  (2018, Malang:ISCS),  Hml.  90
[16] Ibid,  Rita Wahyu,  2018, Hml.  92
[17] John Calvin,  Commentary on Genesis - Volume 1,  Terjemahan John King dan Hull,   (Grand Rapids, Michigan: Christian Classics Ethereal Library),Hml.  34
[18]Rita Wahyu, Eksegesis Peshat Kitab Kejadian BERESHIT – PADA MULANYA,  (2018, Malang:ISCS),  Hml.91
[19] William Lane Craig,  Reasonable Faith: Christian Faith and Apologetics,  (2008,  Wheaton, Illinois:Crossway Books),  Hlm. 93
[20]Ibid,  William Lane Craig, Hml.   96,  111
[21]Ibid,  William Lane Craig, Hml.  114
[22]Ibid,  William Lane Craig, Hml.  114
[23]Rita Wahyu, Eksegesis Peshat Kitab Kejadian BERESHIT – PADA MULANYA,  (2018, Malang:ISCS),  Hml.74
[24]Ibid,  Rita Wahyu,  2018,  Hlm. 74-75
[25]Ibid,  Rita Wahyu,  2018,  Hlm. 74-75
[26]Ibid, Rita Wahyu,  2018,  Hlm. 115-114
[27]Ibid, Rita Wahyu,  2018, Hlm. 128
[28]Ibid,  Rita Wahyu,  2018,  Hml.  128-129
[29]Ibid,  Rita Wahyu,  2018,  Hlm. 95
[30] John Calvin,  Commentary on Genesis - Volume 1,  Terjemahan John King dan Hull,   (Grand Rapids, Michigan: Christian Classics Ethereal Library),Hml.  34-35
[31]Simon Petrus L. Tjahjadi,  Pertualangan Intelektual, Konfrontasi dengan Para Filsuf dari zaman Yunani hingga Zaman modern,  (2004, Yogyakarta:Kanisius),  Hml.  22
[32] Rita Wahyu, Eksegesis Peshat Kitab Kejadian BERESHIT – PADA MULANYA,  (2018, Malang:ISCS),  Hml.223-224
[33]Ibid,  Rita Wahyu,  2018, Hml.  167
[34]Ibid,  Rita Wahyu,  2018, Hml.  225
[35]John Calvin,  Commentary on Genesis - Volume 1,  Terjemahan John King dan Hull,   (Grand Rapids, Michigan: Christian Classics Ethereal Library),Hml.  82-83
[36]Ibid,  John Calvin,  Hlm. 82-83
[37]Rita Wahyu, Eksegesis Peshat Kitab Kejadian BERESHIT – PADA MULANYA,  (2018, Malang:ISCS),  Hml.  241
[38]Ibid,  Rita Wahyu,  2018,  Hlm. 282

0 komentar:

Post a Comment