2:25 AM
0

prec.or.id

BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
          Kejatuhan manusia yang pertama di dalam dosa bukanlah pembahasan yang baru muncul pada masa ini.  Pandangan-pandangan berkaitan dengan dosa pertama sudah muncul sejak abad-abad yang lalu dan kejatuhan manusia yang pertama  sudah menjadi pokok besar pembahasan di dalam doktrin manusia.  Kenyataan bahwa keadaan manusia yang tercipta dalam keadaan mulia dan kemudian tercemar sampai sekarang hanya karna kejatuhan pertama tersebut tidak bisa kita hindari.  Natur keberdosaan sejak kejatuhan manusia menyebabkan manusia sebagai hasil karya Allah paling indah menjadi kehilangan kemuliaan Allah.[1]
          Manusia yang terciptakan sebagai gambar dan rupa Allah hanya dalam beberapa menit saja, hanya dalam satu kesalahan saja hanya satu ketidaktaatan saja, hanya satu peristiwa saja sudah menjadi rusak dan hilang kemuliaannya.  Manusia sejak ditempatkan di taman Eden serta belum jatuh ke dalam dosa, telah diberikan kuasa, telah diberikan mandat untuk menjaga dan mengelola serta menaklukkan bumi.  Namun, betapa hal yang paling dipercayakan Allah menjadi suatu ketidaksesuaian lagi karena kejatuhan yang pertama itu.
          Kejatuhan manusia yang berawal dari Adam dan Hawa, telah membawa seluruh umat manusia kedalam hidup yang tidak memiliki kemuliaan Allah lagi.Akibat kejatuhan yang pertama, tidak hanya memberi pengaruh yang sedikit bagi manusia.  Konsekuensi ini telah mencakup segala aspek kehidupan manusia yang telah  menjadi budak dosa dari peristiwa itu sampai hari ini. Akibatnya natur manusia mengalami kerusakan total, kerusakan total hubungan dengan Allah, mengalami kerusakan rohani, serta kehilangan makna mandatAllah terhadap manusia.[2]
          Pelanggaran akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa di taman Eden merupakan sebuah catatan sejarah bagi orang Kristen sampai saat ini.  Peristiwa ini telah menjadi status manusia yaitu natur dosa.  Dosa telah merusak hidup manusia dan dosa juga yang membuat manusia tidak lagi disebut makhluk yang segambar dan serupa dengan Allah seutuhnya.
Kesadaran moral yang ada di dalam diri setiap manusia yang terciptakan merupakan kesempatan besar bagi manusia untuk berperan penting di dalam kejatuhan.  Manusia harus bisa memberi respon sebagai sebuah kesadaran moral yang bisa memberikan sumbang si di dalam membangaun relasi yang telah menjadi hilang meskipun tidak seutunya seperti sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.  Memang melalui kesadaran moral manusia tidak bisa kembali seperti semula karena manusia tidak luput dari naturnya sebagai makhluk yang berdosa.  Keturunan-keturunan Adam dan Hawa sampai sekarang memang hidup secara jasmaninya tetapi tidak hidup dalam rohani yang utuh.

Rumusan masalah
Dalam membahas makalah yang berjudul “Konsekuensi Kejatuhan Pertama Manusia ke dalam Dosa”, maka Penulis membahas beberapa hal yang dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana manusia jatuh pertama kali di dalam dosa?
2. Bagaimana pandangan Alkitab tentang dosa?
3. Apa yang menjadi konsekuensi kejatuhan pertama manusia di dalam dosa?
4. Bagaimana manusia berperan dalam menghadapi natur keberdosaannya?

  
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Dosa
Secara umum dosa memiliki arti dasar yaitu tidak mengena pada sasaran, meleset dari tujuan, melanggar batas, tidak taat, melawan atau memberontak.  Dosa dapat didefenisikan sebagai pemberontakan secara aktif terhadap Allah Pencipta yang menyebabkan manusia tidak taat, melanggar hukum Allah dan menyimpang dari tujuan Allah yang menciptakannya.[3]  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Tuhan.[4]  Dari pengertian umum tersebut dapat disimpulkan bahwa dosa adalah segala sesuatu hal yang mencakup bentuk pelanggaran manusia terhadap ketetapan Allah, di mana pada satu titik manusia tidak bisa lagi taat kepada Tuhan.[5]
Kata Ibrani yang umumnya diterjemahkan “dosa” ialah khat-ta’th’ dan kata Yunani ha-mar-ti’a.Dalamkeduabahasa ini bentuk-bentukkatakerjanya (Ibr., kha·taʼʹ; Yn., ha·mar·taʹno) berarti ”meleset”, dalam arti tidak mengenai atau tidak mencapai suatu sasaran, jalan, tanda, atau titik yang benar.[6]
Dosa adalah apa pun yang tidak selaras dan oleh karena itu bertentangan dengan, kepribadian, standar, jalan, dan kehendak Allah; apa pun yang merusak hubungan seseorang dengan Allah. Dosa bisa dalam bentuk perkataan (Ayb 2:10; Mz 39:1), perbuatan (melakukan tindakan yang salah (Im 20:20; 2Kor 12:21), atau lalai ataupun tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan (Bil 9:13; Yak 4:17) atau ada dalam pikiran atau sikap hati (Ams 21:4; bdk. juga Rm 3:9-18; 2Ptr 2:12-15).[7]
Dosa adalah penyalahgunaan kebebasan.  Dosa adalah penolakan perintah Allah.  Aspek dosa telah menjadi status, habitus dan aktus.  Dosa adalah menyeluruh.  Status keberdosaan melekat kepada setiap manusia yang hidup di bumi dan tidak bisa lepas selama Allah sendiri tidak melepaskannya.  Kondisi keberdosaan juga menyebabkan manusia menularkan kebiasaan berdosa yang semuanya membawa pada keborokan.  Dosa juga selalu dilakukan secara aktif dan bersifat pribadi.[8]

Kejatuhan Pertama Manusia Di Dalam Dosa
          Kejatuhan pertama adalah peristiwa awal di mana manusia pertama kali melakukan dosa.  Sebagai orang Kristen memahami bahwa kejatuhan pertama manusia diawali dari kejatuhan Adam dan Hawa di taman Eden.  Kejatuhan manusia yang pertama ke dalam dosa dipahami sebagai sebuah keadaan manusia yang terciptakan dengan kemuliaannya memasuki sebuah keadaan baru yang mana kemuliaannya telah hilang.  Kemuliaan hilang karena melanggar batas kewajaran yang semestinya dilakukan oleh manusia sebagai ciptaan bukan pencipta. 
          Kejadian 3:1-7 mengisahkan tentang dosa pertama manusia.[9]Kondisi ini berawal dari manusia diciptakan  segambar dan serupa dengan Allah (Kejadian 1:26) kemudian ditempatkan di taman Eden oleh Allah untuk memelihara taman Eden dan menjadikan mereka sebagai penguasa di bumi.Ketika Allah menempatkan manusia di taman Eden Allah memberikan sebuah perintah kepada Adam dan Hawa.  Kejadian 2:16-17 tertulis:“Lalu Tuhan Allah memberikan perintah ini kepada manusia:  “Semua pohon dalam taman ini boleh kamu makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada ahari engkau memakannya, pastilah engkau mati”.[10]
Perintah telah ada dan itu jelas bagi Adam dan Hawa akan tetapi ketika si ular yang adalah Iblis sendiri datang mencobai mereka, memutarbalikkan kebenaran dan membujuk manusia itu dengan berbagai alasan yang masuk akal di dalam hati terutama Hawa, akhirnya terjadilah peristiwa yang tidak diinginkan Allah.  Ular yang mencobai mereka telah berhasil mencuci pemikiran Hawa dan Adam demikian.  Informasi-informasi yang diberitahukan ular dibalik buah pohon larangan itu, berhasil diresponi oleh Hawa.  Adam demikian mengikuti Hawa.  Keinginan untuk mau seperti yang diberitahukan iblis yaitu menjadi seperti Allah telah merasuki Hawa dan itu adalah awal yang membawa pada titik memakan buah pengetahuan yang baik dan yang jahat itu.
Segala yang dilakukan manusia itu sendiri bukan tidak diketahui Allah.  Perintah kepada Adam dan Hawa diberikan oleh Allah agar buah pohon itu tidak dimakan dimaksudkan untuk menguji ketaatan manusia.  Ujian ini adalah ujian ketaatan yang murni, sebab sebagaimana Allah tidak berusaha membenarkan atau menjelaskan larangan itu.  Dalam hal ini, Adam harus menunjukkan kemauannya untuk meletakkan kehendaknya di bawah kehendak Allah dalam seluruh ketaatan.Namun apa yang diharapkan Tuhan sendiri tidak bisa sampai pada titik kemampuan manusia.  Manusia telah jatuh dan jauh dari keinginan Allah.[11]
Jadi, kejatuhan manusia ke dalam dosa adalah keinginan angkuh untuk menentukan jalan sendiri, yaitu pemberontakan melawan wewenang dan kebajikan Sang Pencipta.  Malapetaka yang disebabkan oleh usaha manusia untuk menjadi Allah dan kutukan itu mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.[12]

Konsekuensi Kejatuhan Pertama Manusia Di Dalam Dosa
          Konsekuensi merupakan perihal yang diterima manusia sebagai hasil dari apa yang dilakukan tidak sejalan dengan apa yang diinginkan manusia.  Adapun konsekuensi atau akibat dari kejatuhan pertama manusia di dalam dosa adalah:
1. Total depravityatau kerusakan total yang hakiki.  Adalah kerusakan total dari natur manusia.  Tidak ada sedikitpun dari diri manusia dan natur manusia yang tidak tersentuh dosa, seluruh tubuh dan jiwa manusia menjadi dicemari dosa.  Manusia tidak memiliki kesanggupan melakukan hal rohani.  Orang yang jatuh dalam dosa mengalami perubahan total dari hamba Allah menjadi hamba dosa.[13]Kerusakan total di sini bukanlah berarti bahwa natur manusia telah rusak serusak-rusaknya.  Dalam kehendak kerusakan ini menyatakan dirinya sebagai ketidakmampuan spritual.[14]
2. Komunikasi yang hilang dengan Allah.  Pada awalnya manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah dan memiliki hubungan yang baik dengan Allah.  Tetapi menjadi putus karena kejatuhan manusia.[15]  Keadaan ini membuat hilangnya persekutuan dengan Allah melalui roh Kudus.  Manusia telah memutuskan hubngan dengan Allah sang sumber hidup dan berkat, dan hasilnya adalah suatu keadaan kematian rohani, Efesus 2:1, 5, 12,; 4:8.[16]
3.  Hati nurani.  Manusia pada titik ini merasakan rasa malu, takut, mulai meresap di dalam hati manusia.  Selalu berada dalam tekanan, kegelisahan, dan merasa bersalah.  Manusia sadar akan suatu keadaan kekotorannya yang kemudian terungkap dalam sikap Adam menutupi ketelanjangannya dan kemudian ada kesadaran tentang rasa bersalah yang terlihat dalam rasa takut kepada Allah.[17]
4. Kematian rohani.  Manusia diusir dari taman Eden dan Allah tidak membiarkan manusia yang berdosa ada di dalam persekutuan denganNya (Kej.  3:24).  Ini adakah penderitaan bagi manusia karena pada dasarnya manusia diciptakan untuk untuk berhubungan dengan penciptanya.  Roh manusia yang diberikan oleh Allah mengalami keterpisahan dari Roh Allah yang hidup.  Kematian ini menyebabkan manusia kehilangan kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (Rm.  3:23; Ef.  2:1).[18]
5.  Kematian jasmani.  Merupakan konsekuensi dari keberdosaan manusia seperti dikatakan oleh Paulus “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23).[19]  Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk mati.  Akan tetapi kejatuhan  manusia yang pertama ke dalam dosa menyebabkan manusia mengalami kematian jasmani.  Kematian jasmani manusia dengan terjadinya keterpisahan tubuh manusia dengan jiwa atau roh manusia.[20]
6.  Rusaknya hubungan dengan sesama manusia.  Hubungan antar manusia tidak lagi harmonis sejak kejatuhan yang pertama.  Berawal dari Adam dan Hawa yang saling mempersalahkan dan kemudian dilanjutkan peristiwa Kain dan Habel.  Orang-orang saling menyakiti, mengecewakan, saling membenci dan bahkan saling membunuh.  Manusia menjadi makhluk yang tinggi egosentrisnya dan itu sebabnya mengapa manusia menjadi sulit bersekutu dengan sesamanya.  Keadaan ini bersumber dari rusaknya hubungan manusia tidak tahu membedakan manakah kehendak Allah dan manakah yang bukan.  Semuanya hanya menuruti hawa nafsunya sendiri.[21]
7.  Rusaknya keharmonisan antara manusia dengan Allah.  Pada mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam keadaan harmonis dan sungguh amat baik.  Manusia membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam membutuhkan manusia untuk memelihara dan menatanya.  Manusia dan memiliki ketergantungan yang kuat.  Akan tetapi setelh kejatuhan, manusia tidak bisa menjaga alam.  Manusia yang dikaruniakan mandat untuk mengolah dan memelihara tidak bisa menjalankannya.  Manusia malah menciptakan kondisi alam yang buruk dan tidak terawat.  Manusia hanya bisa menikmati, tidak bisa memelihara.  Krisis lingkungan diciptakan oleh manusia dan membawa ancaman bagi manusia sendiri.  Bumi saat ini sedang diantar oleh manusia menuju pada kehancuran dan pemusnahan.[22]
8. Hukuman kekal.  Dosa mendatangkan Maut dan kebiasaan.  Allah tetap menyiapkan hukuman kekal sebagai tempat kekal manusia yang tidak kembali kepadaNya yaitu Neraka.  Hukuman bagi manusia yang tidak percaya sudah ada dan sudah menanti.  Manusia yang sudah masuk di sana tidak akan kembali dan bertobat.  Ia akan mengalami penyiksaan selamanya.[23]

Peran Manusia Dalam Menjalani Natur Keberdosaannya
          Paulus dalam Roma 3:23 berkata bahwa semua manusia tlah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.  Kedua, manusia scara pribdi bertanggungjawab dan tidak dapat mebenenarkan diri dengan berbagai alsan dan perbuatan.  Semuaperbuatan manusia yang mendatangkan dosa akan berunjung pada hukuman.  Jalan keluar dari dosa dan hukuman dosa tidak dapat dikerjalkan dengan usaha apapun.  Artinya sekalipun manusia berbuat banyak amal dan kebajikan tidak bisa membawanya bebas dari konsekuensi dosa karena secara esensial masih ada dalam status dosa.[24]
          Dosa hanya dapat diselesaikan oleh Allah sendiri.  karya Allah melalui Yesus Kristus itulah yang mampu menyelesaikan dosa.  Dilain pihak, manusia juga harus memiliki kesadaran moral.  Kesadaran moral yang ada di dalam diri setiap manusia yang terciptakan merupakan kesempatan besar bagi manusia untuk berperan penting di dalam kejatuhan.  Manusia harus bisa memberi respon sebagai sebuah kesadaran moral yang bisa memberikan sumbang sih di dalam membangaun relasi yang telah menjadi hilang meskipun tidak seutunya seperti sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.  Memang melalui kesadaran moral manusia tidak bisa kembali seperti semula karena manusia tidak luput dari naturnya sebagai makhluk yang berdosa.  Keturunan-keturunan Adam dan Hawa sampai sekarang memang hidup secara jasmaninya tetapi tidak hidup dalam rohani yang utuh.[25]
         

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
          Dosa adalah titik di mana manusia tidak lagi taat kepada Allah.  Manusai memberontak dan ingin  melakukan sesuai kehendaknya bukan kehendak Allah.  Manusia bukan menyembah Allah tapi manusia mau seperti Allah yang layak meneriama pujian dan penyembahan.Manusia dalam ketidaktaatannya menciptakan kondisi baru yang buruk dalam hidup manusia.Betapa satu pelanggaran bentuk dari ketidaktaatan manusia telah menghantar satu jembatan dalam diri manusia untuk bisa hidup dalam kebenaran.
Kejatuhan pertama manusia dalam dosa merupakan awal kerusakan natur manusia.  Dosa telah merambat dan mengakibatkan manusia kehilangan keutuhan kharakter.  Dosa pertama telah membawa dampak yang besar dalam seluruh aspek hidup manusia.  Dosa pertama telah memberi jalan yang luas bagi manusia untuk bebas melakukan kejahatan.  Dosa telah menjadi status, habitus dan aktus yang tidak bisa terhapuskan.  Kemuliaan manusia yang diberikan Allah telah hilang.  Konsekuensi dari dosa pertama mejadikan manusia memiliki relasi yang sangat jauh dari Penciptanya sendiri.
          Bagaimanapun usaha manusia dalam mengembalikan kondisi seperti semula sebelum jatuh ke dalam dosa, itu hanyalah sia-sia.  Amal kebajikan tidak mampu menembus kesuraman hubungan yang baik dengan Allah baik yang sudah berlangsung dan terus berlangsung.  Selain Allah yang mampu dan juga suatu respon manusia sebagai satu kesadaran akan keberdosaannya meskipun kesadaran tersebut tidak mampu mengembalikan relasi yang pernah hilang secara utuh.

Daftar Pustaka
Holmes Arthur G.  segala kebenaran adalah kebenaran Allah, Jakarta: LRII, 1990
BerkhofLouis.Teologi Sistematika: Doktrin Manusia,Surabaya: Momentum, 2009
Rey Hendra. Manusia dari Penciptaan Sampai Kekekalan,Malang: Gandum Mas, 2002
Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Sapto Harsoyo, Materi Atropologi Doktrin Manusia
Wikipedia bahasa Indonesia
https://wol.jw.org/id/wol/r25/rp-in/1200004132/0/1
Milne Bruce.  Mengenal Kebenaran, Jakarta:  Gunung Mulia, 1996
Alkitab Terjemahan Baru (TB), Jakarta:  LAI, 1974
wright Christoper, Hidup Sebagai Umat Allah: Etika PerjanjianLama,Jakarta: Gunung Mulia, 2007



[1]Arthur G.  Holmes, segala kebenaran adalah kebenaran Allah (Jakarta: LRII, 1990), hal.  81.
[2]Louis Berkhof, Teologi Sistematika : Doktrin Manusia (Surabaya: Momentum, 2009), hal.  100-101.
[3]Hendra Rey, Manusia dari Penciptaan Sampai Kekekalan (Malang: Gandum Mas, 2002), hal.  31.
[4]Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), hal.  212.
[5]Sapto Harsoyo, Materi Atropologi (Doktrin Manusia)
[6]Wikipedia bahasa Indonesia
[7]https://wol.jw.org/id/wol/r25/rp-in/1200004132/0/1
[8]Ibid.  Hendra Rey.  Hal  34.
[9]Bruce Milne, Mengenal Kebenaran (Jakarta:  Gunung Mulia, 1996), hal.  144.
[10]Alkitab Terjemahan Baru (TB), (Jakarta:  LAI, 1974), hal.  2.
[11]Ibid.  Louis Berkhof, hal.  93.
[12]Christoper wright, Hidup Sebagai Umat Allah: Etika Perjanjian Lama (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), hal.  71.
[13]Ibid.  Bruce Milne.  Hal  147.
[14]Ibid.  Louis Berkhof.  hal  100.
[15]Ibid.  Sapto Harsoyo
[16]Ibid.  Louis Berkhof.  Hal  100.
[17]Ibid.  Louis Berkhof.  Hal  101.
[18]Ibid.  Hendra Rey.  Hal  34.
[19]Ibid.  Louis Berkhof.  hal  35. 
[20]Ibid.  Louis Berkhof.  hal  101. 
[21]Ibid.  Hendra Rey.  Hal  35.
[22]Ibid.  Hendra Rey.  Hal  36.
[23]Ibid.  Hendra Rey.  Hal  37.
[24]Ibid.  Hendra Rey.  Hal.  42.
[25]Sapto Harsoyo, Materi Antropologi (Doktrin manusia)

0 komentar:

Post a Comment