BAB I
PENDAHULUAN
Kejatuhan manusia yang pertama di dalam dosa bukanlah
pembahasan yang baru muncul pada masa ini.
Pandangan-pandangan berkaitan dengan dosa pertama sudah muncul sejak
abad-abad yang lalu dan kejatuhan manusia yang pertama sudah menjadi pokok besar pembahasan di dalam
doktrin manusia. Kenyataan bahwa keadaan
manusia yang tercipta dalam keadaan mulia dan kemudian tercemar sampai sekarang
hanya karna kejatuhan pertama tersebut tidak bisa kita hindari. Natur keberdosaan sejak kejatuhan manusia
menyebabkan manusia sebagai hasil karya Allah paling indah menjadi kehilangan
kemuliaan Allah.[1]
Manusia yang terciptakan sebagai gambar dan rupa Allah
hanya dalam beberapa menit saja, hanya dalam satu kesalahan saja hanya satu
ketidaktaatan saja, hanya satu peristiwa saja sudah menjadi rusak dan hilang
kemuliaannya. Manusia sejak ditempatkan
di taman Eden serta belum jatuh ke dalam dosa, telah diberikan kuasa, telah
diberikan mandat untuk menjaga dan mengelola serta menaklukkan bumi. Namun, betapa hal yang paling dipercayakan
Allah menjadi suatu ketidaksesuaian lagi karena kejatuhan yang pertama itu.
Kejatuhan manusia yang berawal dari Adam dan Hawa, telah
membawa seluruh umat manusia kedalam hidup yang tidak memiliki kemuliaan Allah
lagi.Akibat kejatuhan yang pertama, tidak hanya memberi pengaruh yang sedikit
bagi manusia. Konsekuensi ini telah
mencakup segala aspek kehidupan manusia yang telah menjadi budak dosa dari peristiwa itu sampai
hari ini. Akibatnya natur manusia mengalami kerusakan total, kerusakan total
hubungan dengan Allah, mengalami kerusakan rohani, serta kehilangan makna
mandatAllah terhadap manusia.[2]
Pelanggaran akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa di taman
Eden merupakan sebuah catatan sejarah bagi orang Kristen sampai saat ini. Peristiwa ini telah menjadi status manusia
yaitu natur dosa. Dosa telah merusak
hidup manusia dan dosa juga yang membuat manusia tidak lagi disebut makhluk
yang segambar dan serupa dengan Allah seutuhnya.
Kesadaran
moral yang ada di dalam diri setiap manusia yang terciptakan merupakan
kesempatan besar bagi manusia untuk berperan penting di dalam kejatuhan. Manusia harus bisa memberi respon sebagai
sebuah kesadaran moral yang bisa memberikan sumbang si di dalam membangaun
relasi yang telah menjadi hilang meskipun tidak seutunya seperti sebelum
manusia jatuh ke dalam dosa. Memang
melalui kesadaran moral manusia tidak bisa kembali seperti semula karena
manusia tidak luput dari naturnya sebagai makhluk yang berdosa. Keturunan-keturunan Adam dan Hawa sampai
sekarang memang hidup secara jasmaninya tetapi tidak hidup dalam rohani yang
utuh.
Rumusan masalah
Dalam
membahas makalah yang berjudul “Konsekuensi Kejatuhan Pertama Manusia ke dalam
Dosa”, maka Penulis membahas beberapa hal yang dirumuskan dalam beberapa
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana manusia jatuh pertama kali di dalam dosa?
2. Bagaimana pandangan Alkitab tentang dosa?
3. Apa yang menjadi konsekuensi kejatuhan pertama manusia di
dalam dosa?
4. Bagaimana manusia berperan dalam menghadapi natur
keberdosaannya?
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Dosa
Secara umum
dosa memiliki arti dasar yaitu tidak mengena pada sasaran, meleset dari tujuan,
melanggar batas, tidak taat, melawan atau memberontak. Dosa dapat didefenisikan sebagai
pemberontakan secara aktif terhadap Allah Pencipta yang menyebabkan manusia
tidak taat, melanggar hukum Allah dan menyimpang dari tujuan Allah yang
menciptakannya.[3] Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dosa adalah perbuatan yang melanggar hukum Tuhan.[4] Dari pengertian umum
tersebut dapat disimpulkan bahwa dosa adalah segala sesuatu hal yang mencakup
bentuk pelanggaran manusia terhadap ketetapan Allah, di mana pada satu titik
manusia tidak bisa lagi taat kepada Tuhan.[5]
Kata Ibrani
yang umumnya diterjemahkan “dosa” ialah khat-ta’th’
dan kata Yunani ha-mar-ti’a.Dalamkeduabahasa ini bentuk-bentukkatakerjanya (Ibr., kha·taʼʹ; Yn., ha·mar·taʹno)
berarti ”meleset”, dalam arti tidak mengenai atau tidak mencapai suatu sasaran,
jalan, tanda, atau titik yang benar.[6]
Dosa adalah apa pun yang
tidak selaras dan oleh karena itu bertentangan dengan, kepribadian, standar,
jalan, dan kehendak Allah; apa pun yang merusak hubungan seseorang dengan
Allah. Dosa bisa dalam bentuk perkataan (Ayb 2:10; Mz 39:1), perbuatan (melakukan tindakan yang
salah (Im 20:20; 2Kor 12:21), atau lalai ataupun tidak melakukan
apa yang seharusnya dilakukan (Bil 9:13; Yak 4:17) atau ada dalam pikiran atau sikap hati
(Ams 21:4; bdk. juga Rm 3:9-18; 2Ptr 2:12-15).[7]
Dosa adalah penyalahgunaan
kebebasan. Dosa adalah penolakan
perintah Allah. Aspek dosa telah menjadi
status, habitus dan aktus. Dosa adalah
menyeluruh. Status keberdosaan melekat
kepada setiap manusia yang hidup di bumi dan tidak bisa lepas selama Allah
sendiri tidak melepaskannya. Kondisi
keberdosaan juga menyebabkan manusia menularkan kebiasaan berdosa yang semuanya
membawa pada keborokan. Dosa juga selalu
dilakukan secara aktif dan bersifat pribadi.[8]
Kejatuhan Pertama Manusia Di Dalam Dosa
Kejatuhan pertama adalah peristiwa awal di mana manusia
pertama kali melakukan dosa. Sebagai
orang Kristen memahami bahwa kejatuhan pertama manusia diawali dari kejatuhan
Adam dan Hawa di taman Eden. Kejatuhan
manusia yang pertama ke dalam dosa dipahami sebagai sebuah keadaan manusia yang
terciptakan dengan kemuliaannya memasuki sebuah keadaan baru yang mana
kemuliaannya telah hilang. Kemuliaan
hilang karena melanggar batas kewajaran yang semestinya dilakukan oleh manusia
sebagai ciptaan bukan pencipta.
Kejadian 3:1-7 mengisahkan tentang dosa pertama manusia.[9]Kondisi ini berawal dari manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Kejadian
1:26) kemudian ditempatkan di taman Eden oleh Allah untuk memelihara taman Eden
dan menjadikan mereka sebagai penguasa di bumi.Ketika Allah menempatkan manusia
di taman Eden Allah memberikan sebuah perintah kepada Adam dan Hawa. Kejadian 2:16-17 tertulis:“Lalu Tuhan Allah
memberikan perintah ini kepada manusia:
“Semua pohon dalam taman ini boleh kamu makan buahnya dengan bebas, tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan
buahnya, sebab pada ahari engkau memakannya, pastilah engkau mati”.[10]
Perintah telah ada dan itu
jelas bagi Adam dan Hawa akan tetapi ketika si ular yang adalah Iblis sendiri
datang mencobai mereka, memutarbalikkan kebenaran dan membujuk manusia itu
dengan berbagai alasan yang masuk akal di dalam hati terutama Hawa, akhirnya
terjadilah peristiwa yang tidak diinginkan Allah. Ular yang mencobai mereka telah berhasil
mencuci pemikiran Hawa dan Adam demikian.
Informasi-informasi yang diberitahukan ular dibalik buah pohon larangan
itu, berhasil diresponi oleh Hawa. Adam
demikian mengikuti Hawa. Keinginan untuk
mau seperti yang diberitahukan iblis yaitu menjadi seperti Allah telah merasuki
Hawa dan itu adalah awal yang membawa pada titik memakan buah pengetahuan yang
baik dan yang jahat itu.
Segala yang dilakukan
manusia itu sendiri bukan tidak diketahui Allah. Perintah kepada Adam dan Hawa diberikan oleh
Allah agar buah pohon itu tidak dimakan dimaksudkan untuk menguji ketaatan
manusia. Ujian ini adalah ujian ketaatan
yang murni, sebab sebagaimana Allah tidak berusaha membenarkan atau menjelaskan
larangan itu. Dalam hal ini, Adam harus
menunjukkan kemauannya untuk meletakkan kehendaknya di bawah kehendak Allah
dalam seluruh ketaatan.Namun apa yang diharapkan Tuhan sendiri tidak bisa
sampai pada titik kemampuan manusia.
Manusia telah jatuh dan jauh dari keinginan Allah.[11]
Jadi, kejatuhan manusia ke
dalam dosa adalah keinginan angkuh untuk menentukan jalan sendiri, yaitu
pemberontakan melawan wewenang dan kebajikan Sang Pencipta. Malapetaka yang disebabkan oleh usaha manusia
untuk menjadi Allah dan kutukan itu mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia.[12]
Konsekuensi Kejatuhan Pertama Manusia Di Dalam Dosa
Konsekuensi merupakan perihal yang diterima manusia sebagai
hasil dari apa yang dilakukan tidak sejalan dengan apa yang diinginkan manusia. Adapun konsekuensi atau akibat dari kejatuhan
pertama manusia di dalam dosa adalah:
1. Total depravityatau kerusakan total yang hakiki. Adalah kerusakan total dari natur
manusia. Tidak ada sedikitpun dari diri
manusia dan natur manusia yang tidak tersentuh dosa, seluruh tubuh dan jiwa
manusia menjadi dicemari dosa. Manusia
tidak memiliki kesanggupan melakukan hal rohani. Orang yang jatuh dalam dosa mengalami
perubahan total dari hamba Allah menjadi hamba dosa.[13]Kerusakan
total di sini bukanlah berarti bahwa natur manusia telah rusak
serusak-rusaknya. Dalam kehendak
kerusakan ini menyatakan dirinya sebagai ketidakmampuan spritual.[14]
2. Komunikasi yang hilang dengan Allah. Pada awalnya manusia diciptakan segambar dan
serupa dengan Allah dan memiliki hubungan yang baik dengan Allah. Tetapi menjadi putus karena kejatuhan
manusia.[15] Keadaan ini membuat hilangnya persekutuan
dengan Allah melalui roh Kudus. Manusia
telah memutuskan hubngan dengan Allah sang sumber hidup dan berkat, dan
hasilnya adalah suatu keadaan kematian rohani, Efesus 2:1, 5, 12,; 4:8.[16]
3. Hati nurani. Manusia pada titik ini merasakan rasa malu,
takut, mulai meresap di dalam hati manusia.
Selalu berada dalam tekanan, kegelisahan, dan merasa bersalah. Manusia sadar akan suatu keadaan kekotorannya
yang kemudian terungkap dalam sikap Adam menutupi ketelanjangannya dan kemudian
ada kesadaran tentang rasa bersalah yang terlihat dalam rasa takut kepada
Allah.[17]
4. Kematian rohani.
Manusia diusir dari taman Eden dan Allah tidak membiarkan manusia yang
berdosa ada di dalam persekutuan denganNya (Kej. 3:24).
Ini adakah penderitaan bagi manusia karena pada dasarnya manusia
diciptakan untuk untuk berhubungan dengan penciptanya. Roh manusia yang diberikan oleh Allah
mengalami keterpisahan dari Roh Allah yang hidup. Kematian ini menyebabkan manusia kehilangan
kemuliaan Allah yang melekat kepadanya (Rm.
3:23; Ef. 2:1).[18]
5. Kematian jasmani. Merupakan konsekuensi dari keberdosaan
manusia seperti dikatakan oleh Paulus “Sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23).[19] Semula Allah tidak menciptakan manusia untuk
mati. Akan tetapi kejatuhan manusia yang pertama ke dalam dosa
menyebabkan manusia mengalami kematian jasmani.
Kematian jasmani manusia dengan terjadinya keterpisahan tubuh manusia
dengan jiwa atau roh manusia.[20]
6. Rusaknya hubungan
dengan sesama manusia. Hubungan antar
manusia tidak lagi harmonis sejak kejatuhan yang pertama. Berawal dari Adam dan Hawa yang saling
mempersalahkan dan kemudian dilanjutkan peristiwa Kain dan Habel. Orang-orang saling menyakiti, mengecewakan,
saling membenci dan bahkan saling membunuh.
Manusia menjadi makhluk yang tinggi egosentrisnya dan itu sebabnya
mengapa manusia menjadi sulit bersekutu dengan sesamanya. Keadaan ini bersumber dari rusaknya hubungan
manusia tidak tahu membedakan manakah kehendak Allah dan manakah yang
bukan. Semuanya hanya menuruti hawa
nafsunya sendiri.[21]
7. Rusaknya keharmonisan
antara manusia dengan Allah. Pada
mulanya Allah menciptakan manusia dan seluruh alam semesta dalam keadaan
harmonis dan sungguh amat baik. Manusia
membutuhkan alam untuk mengaktualisasikan dirinya dan alam membutuhkan manusia
untuk memelihara dan menatanya. Manusia
dan memiliki ketergantungan yang kuat.
Akan tetapi setelh kejatuhan, manusia tidak bisa menjaga alam. Manusia yang dikaruniakan mandat untuk
mengolah dan memelihara tidak bisa menjalankannya. Manusia malah menciptakan kondisi alam yang
buruk dan tidak terawat. Manusia hanya
bisa menikmati, tidak bisa memelihara.
Krisis lingkungan diciptakan oleh manusia dan membawa ancaman bagi
manusia sendiri. Bumi saat ini sedang
diantar oleh manusia menuju pada kehancuran dan pemusnahan.[22]
8. Hukuman kekal. Dosa
mendatangkan Maut dan kebiasaan. Allah
tetap menyiapkan hukuman kekal sebagai tempat kekal manusia yang tidak kembali
kepadaNya yaitu Neraka. Hukuman bagi manusia
yang tidak percaya sudah ada dan sudah menanti.
Manusia yang sudah masuk di sana tidak akan kembali dan bertobat. Ia akan mengalami penyiksaan selamanya.[23]
Peran Manusia Dalam Menjalani Natur Keberdosaannya
Paulus dalam Roma 3:23 berkata bahwa semua manusia tlah
berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah. Kedua, manusia scara pribdi bertanggungjawab
dan tidak dapat mebenenarkan diri dengan berbagai alsan dan perbuatan. Semuaperbuatan manusia yang mendatangkan dosa
akan berunjung pada hukuman. Jalan
keluar dari dosa dan hukuman dosa tidak dapat dikerjalkan dengan usaha
apapun. Artinya sekalipun manusia
berbuat banyak amal dan kebajikan tidak bisa membawanya bebas dari konsekuensi
dosa karena secara esensial masih ada dalam status dosa.[24]
Dosa hanya dapat diselesaikan oleh Allah sendiri. karya Allah melalui Yesus Kristus itulah yang
mampu menyelesaikan dosa. Dilain pihak,
manusia juga harus memiliki kesadaran moral.
Kesadaran moral yang ada di dalam diri setiap manusia yang terciptakan
merupakan kesempatan besar bagi manusia untuk berperan penting di dalam
kejatuhan. Manusia harus bisa memberi
respon sebagai sebuah kesadaran moral yang bisa memberikan sumbang sih di dalam
membangaun relasi yang telah menjadi hilang meskipun tidak seutunya seperti
sebelum manusia jatuh ke dalam dosa.
Memang melalui kesadaran moral manusia tidak bisa kembali seperti semula
karena manusia tidak luput dari naturnya sebagai makhluk yang berdosa. Keturunan-keturunan Adam dan Hawa sampai
sekarang memang hidup secara jasmaninya tetapi tidak hidup dalam rohani yang
utuh.[25]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dosa adalah titik di mana manusia tidak lagi taat kepada
Allah. Manusai memberontak dan
ingin melakukan sesuai kehendaknya bukan
kehendak Allah. Manusia bukan menyembah
Allah tapi manusia mau seperti Allah yang layak meneriama pujian dan
penyembahan.Manusia dalam ketidaktaatannya menciptakan kondisi baru yang buruk
dalam hidup manusia.Betapa satu pelanggaran bentuk dari ketidaktaatan manusia
telah menghantar satu jembatan dalam diri manusia untuk bisa hidup dalam
kebenaran.
Kejatuhan
pertama manusia dalam dosa merupakan awal kerusakan natur manusia. Dosa telah merambat dan mengakibatkan manusia
kehilangan keutuhan kharakter. Dosa
pertama telah membawa dampak yang besar dalam seluruh aspek hidup manusia. Dosa pertama telah memberi jalan yang luas
bagi manusia untuk bebas melakukan kejahatan.
Dosa telah menjadi status, habitus dan aktus yang tidak bisa
terhapuskan. Kemuliaan manusia yang
diberikan Allah telah hilang.
Konsekuensi dari dosa pertama mejadikan manusia memiliki relasi yang
sangat jauh dari Penciptanya sendiri.
Bagaimanapun usaha manusia dalam mengembalikan kondisi seperti
semula sebelum jatuh ke dalam dosa, itu hanyalah sia-sia. Amal kebajikan tidak mampu menembus kesuraman
hubungan yang baik dengan Allah baik yang sudah berlangsung dan terus
berlangsung. Selain Allah yang mampu dan
juga suatu respon manusia sebagai satu kesadaran akan keberdosaannya meskipun
kesadaran tersebut tidak mampu mengembalikan relasi yang pernah hilang secara
utuh.
Daftar Pustaka
Holmes Arthur G. segala kebenaran adalah kebenaran Allah, Jakarta: LRII, 1990
BerkhofLouis.Teologi Sistematika: Doktrin Manusia,Surabaya: Momentum, 2009
Rey Hendra. Manusia
dari Penciptaan Sampai Kekekalan,Malang: Gandum Mas, 2002
Kamus
Besar Bahasa Indonesia,Jakarta: Balai Pustaka, 1989
Sapto
Harsoyo, Materi Atropologi Doktrin Manusia
Wikipedia
bahasa Indonesia
https://wol.jw.org/id/wol/r25/rp-in/1200004132/0/1
Milne Bruce. Mengenal Kebenaran, Jakarta: Gunung Mulia, 1996
Alkitab
Terjemahan Baru (TB), Jakarta: LAI, 1974
wright Christoper, Hidup Sebagai Umat Allah: Etika PerjanjianLama,Jakarta: Gunung
Mulia, 2007
[1]Arthur
G. Holmes, segala kebenaran adalah kebenaran Allah (Jakarta: LRII, 1990),
hal. 81.
[2]Louis
Berkhof, Teologi Sistematika : Doktrin
Manusia (Surabaya: Momentum, 2009), hal.
100-101.
[3]Hendra
Rey, Manusia dari Penciptaan Sampai
Kekekalan (Malang: Gandum Mas, 2002), hal.
31.
[5]Sapto Harsoyo, Materi Atropologi
(Doktrin Manusia)
[6]Wikipedia bahasa Indonesia
[7]https://wol.jw.org/id/wol/r25/rp-in/1200004132/0/1
[8]Ibid. Hendra Rey.
Hal 34.
[9]Bruce
Milne, Mengenal Kebenaran
(Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hal. 144.
[11]Ibid. Louis Berkhof, hal. 93.
[12]Christoper wright, Hidup Sebagai Umat Allah: Etika Perjanjian
Lama (Jakarta: Gunung Mulia, 2007), hal.
71.
[13]Ibid. Bruce Milne.
Hal 147.
[14]Ibid. Louis Berkhof. hal
100.
[15]Ibid. Sapto Harsoyo
[16]Ibid. Louis Berkhof. Hal
100.
[17]Ibid. Louis Berkhof. Hal
101.
[18]Ibid. Hendra Rey.
Hal 34.
[19]Ibid. Louis Berkhof. hal
35.
[20]Ibid. Louis Berkhof. hal
101.
[21]Ibid. Hendra Rey.
Hal 35.
[22]Ibid. Hendra Rey.
Hal 36.
[23]Ibid. Hendra Rey.
Hal 37.
[24]Ibid. Hendra Rey.
Hal. 42.
[25]Sapto Harsoyo, Materi Antropologi
(Doktrin manusia)
0 komentar:
Post a Comment