Kristologi
adalah salah satu doktrin utama dalam Kekristenan dan ini juga merupakan
pengajaran pokok tentang Yesus Kristus. Hal
ini menyangkut mengenai pra eksistensi Yesus.
Banyak orang Kristen berpikir bahwa Yesus hanya ditemukan di dalam
Perjanjian Lama berbeda dengan Yesus di dalam Perjanjian Baru. Karena itu mereka memisahkan Allah di dalam
Perjanjian Lama dengan Yesus dalam Perjanjian Baru. Sebenarnya,perihal mengenai keberadaan Yesus
sendiri sudah di nubuatkan dalam kitab Perjanjian Lama salah satunya dalam
kitab Yesaya.[1]
Nabi
Yesaya sendiri hidup dalam suatu periode yang genting bagi sejarah bangsanya,
yaitu setengah-abad yang kedua daripada abad ke-8 SM. Yesaya dipanggil menjadi nabi pada tahun
kematian raja Uzia (Yes. 6:1). Sedangkan pelayanannya yang terakhir yang
dapat diketahui waktunya dengan pasti adalah pada waktu serangan Sanherib (tentara Asyur) terhadap
Yehuda pada tahun 701 SM.[2]
Keadaan
makmur dalam bangsa Yehuda terjadi pada masa pemerintahan raja Yotam (Yes 2-4). Namun pada masa pemerintahan Ahas, bangsa
Asyur sekali lagi mulai menyerang bangsa-bangsa di sebelah Baratnya. Oleh karena itu kerajaan Yehuda mendapat
tekanan dari kerajaan Israel dan bangsa Siria untuk masuk dalam satu koalisi
melawan Asyur. Tugas Yesaya pada waktu
itu adalah untuk menasehati Raja Ahas suapaya dia percaya kepada Tuhan Allah
saja dengan tidak bersandar kepada sekutunya.
Setelah Yesaya gagal dalam usahanya itu, kemudian Yesaya ditugaskan
untuk menubuatkan penghukuman dan penghancuran bagi Yehuda (Yes 7). Juga pada waktu itu Yesaya bernubuat tentang
kedatangan seorang raja sempurna (Mesias),
yang bernama Imanuel (Yes 7:14).[3]
Nubuat
ini di dahului cerita pertemuan Nabi Yesaya dengan Raja Ahas. Ahas adalah raja Yehuda yang paling berdosa.
Dia bukan hanya menyembah berhala, tetapi juga membakar anaknya sendiri untuk
persembahan bagi para berhala. Tingkah laku yang sangat menjijikkan bagi Tuhan
(Yer. 7:31). Ahas adalah raja yang paling berani berbuat dosa, bahkan
mengalahkan keberdosaan raja-raja Israel! Perbuatannya membuat Tuhan murka
kepada dia dan kepada seluruh Yehuda.[4]
Ketika
Ahas memutuskan untuk meminta tolong kepada Asyur, ketika itu Ahas dalam keadaan
panik dan takut, sebab Aram dan Israel akan menyerang Yehuda. Karena ketakutannya itulah maka Ahas
melakukan tindakan yang dianggapnya "rasional". Sebagai seorang raja, ia harus memikirkan
keselamatan bangsanya dan dirinya sendiri. Ia tidak bisa menunggu lagi karena
Aram dan Israel akan segera menghancurkan Yerusalam dan Yehuda. Ia harus
bertindak cepat, berpikir logis dan minta bantuan kepada Asyur dinilai sebagai
tindakan tepat. Kelihatannya disini, Ahas sudah terjebak dengan situasi. Pada waktu
itu, memang tidak gampang, di lain sisi Ahas diminta Allah untuk beriman. Dalam
situasi krisis, bukankah beriman merupakan pilihan paling akhir yang akan
diambil oleh seorang yang berpikir logis? Tetapi tidak demikian dengan Ahas.[5]
Ahas
diminta untuk memohon sebuah tanda oleh Yesaya. Sayang sekali, Ahas sudah
menutup hatinya. Ia tidak akan mengubah keputusannya untuk meminta tolong
kepada Asyur. Karena itu, Tuhan memberikan tanda meskipun Ahas tidak
memintanya. Pemberian tanda ini merupakan sebuah demonstrasi yang dilakukan
Allah untuk menentang Ahas. Allah ingin menunjukkan bahwa janji-Nya pasti
terlaksana namun Ahas tetap buta. Tanda yang diberikan adalah akan lahirnya
seorang anak sebagai simbol Imanuel, simbol bahwa "Allah beserta dengan
kita [umat-Nya]." Namun, Ahas tetap keras hati.[6]
Dengan
jalan ini Tuhan pun menggerakkan raja Aram dan raja Israel untuk memukul
Yehuda. Bahkan kekalahan yang ditimbulkan oleh Israel bagi Yehuda sangat besar.
Ratusan ribu orang mati karena serangan itu. Karena terjepit oleh Aram dan
Israel, Ahas membayar orang-orang Asyur untuk menolong dia. Tetapi orang Asyur
malah menekan Ahas sehingga kesulitan yang dialami oleh Ahas menjadi makin besar. Selain Aram dan Israel,
sekarang dia malah mendapatkan serangan dari Asyur.[7]
Ketika
kita melihat di dalam pasalnya yang ke
14, hal ini menjadi menarik sebab rincian mengenai kelahiran Sang Juru Selamat disinggung
dalam hal ini. Lantas, Siapakah perempuan muda yang dimaksud didalam ayatnya
yang ke 14? Kata perempuan muda atau perawan di sini dipilih secara hati-hati.
Secara etimologis almâ tidak harus
menerangkan seorang gadis yang belum pernah disentuh (virgo intacta). Tetapi
kenyataannya, Kitab Suci Ibrani hanya memakai kata itu untuk seorang perempuan
yang masih suci dan belum menikah (sedemikian jauh, konteks menunjukkan
demikian). Ini cocok dengan konteks calon ibu yang disinggung dalam situasi
itu. Memperhatikan Yes 8:1-4, ibu yang bersifat kiasan itu adalah nabiah yang
menjadi isteri Yesaya tidak lama sesudah nubuat itu diucapkan. Karenanya ketika
janji itu diberikan, dia adalah seorang perawan atau perempuan muda. Dia
berfungsi sebagai kiasan untuk Perawan Maria, yang tetap perawan bahkan sesudah
dia mengandung secara ajaib oleh kuasa Roh Kudus. Dengan demikian anak dari
nabiah ini berfungsi sebagai kiasan untuk Imanuel, sang Mesias, seperti akan segera
dijelaskan. Yes 7:15.[8]
Nubuat
ini pada saat itu mungkin tidak dipandang signifikan. Akan tetapi, Yesaya juga berbicara mengenai seorang anak,
seorang anak yang nantinya akan memerintah, yang kekuasaannya memberikan damai
sejahtera, keamanan, dan keadilan yang tiada berakhir. Jelaslah bahwa ‘anak’ ini penuh dengan makna
penting. Ia akan duduk di atas tahta
Daud dan disebut dalam hal-hal yang lain, “Allah yang Mahakuasa”(Yes. 9:6).[9]
Dadih dan madu dalam ayatnya ke 15, adalah makanan baku untuk
orang yang tinggal di tanah tandus yang telah berubah menjadi padang
penggembalaan. Makanan itu harus dimakan oleh anak laki-laki nabiah tersebut
dan juga oleh bangsa-bangsa di sekitarnya akibat perusakan oleh bangsa Asyur (band.
2Taw 28). Sampai ia tahu, yakni sampai
dia mencapai usia di mana dia dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum
(tidak diragukan itu adalah usia dua belas tahun). Ini pasti menunjuk tahun 721
SM, sesudah serangan menghancurkan oleh Salmaneser V dan Sargon. Jelas bahwa
pada tahun 721 SM Damsyik ditinggalkan (sesudah direbut oleh Asyur pada tahun
732 SM), demikian juga Samaria (yang jatuh pada tahun 722 SM). Karena tidak mau
percaya kepada-Nya maka TUHAN akan mendatangkan atas Ahas dan rakyatnya.[10]
Kesimpulan:
Fokus utama
dari nubuat Yesaya adalah visinya mengenai Allah sebagai “Yang Maha kudus, Allah Israel” yang dikemukakan dengan hidup dalam panggilan dramatis
kenabian Yesaya (pasal 6). Kekudusan Allah mencerminkan perhatian kitab Yesaya
terhadap keseriusan dosa dan pelanggaran
Israel terhadap Allah Yang Mahakudus itu.
Tekanan kepada kekudusan Allah berakar pada pujian kepada kemuliaan
Allah di dalam ibadah Bait Suci. Bagi
Yesaya, pemuliaan Allah merupakan kesimpulan dari keterbatasan manusia.
Kemampuan dan kesombongan manusia akan kekuasaan akan mencelakakan dan
mengakibatkan kegagalan. Kehebatan
raja-raja dan kerajaan-kerajaan tidak dapat dibandingkan dengan Sang Raja,
yakni Tuhan semesta alam (Yes. 6:5).[11]
Berkaitan
dengan eksistensi dan atribut Allah sebagai “Yang Mahakudus, Allah Israel”,
maka tuntutan dasar Yesaya adalah iman kepada Allah seperti penegasan Yesaya
terhadap raja Ahas, “Jika kamu tidak percaya sungguh, kamu tidak teguh jaya”
(Yes. 7:9). Iman di sini berarti percaya dan lebih bersandar kepada Allah dari
pada kekuatannya sendiri. Konteks dari iman ini muncul dari gagasan kerajaan
dari keturunan Daud sebagaimana menjadi janji Tuhan melalui nubuat nabi Natan
kepada Daud (2 Sam. 7).[12]
Yesaya
menuntut baik rakyat maupun rakyat Yehuda hidup dalam iman kepada “Yang
Mahakudus, Allah Israel,” walaupun hal ini tidak mudah pada saat pasukan
kerajaan Asyur sudah mendekat. Yesaya tidak gegabah dengan menyatakan bahwa
Allah wajib melindungi umat dari segala mara bahaya. Yesaya menyatakan bahwa penderitaan dan penghancuran akan datang,
namun ia mendesak supaya hidup berjalan berjalan terus dan tetap percaya kepada
Allah.
Hal yang
semakin meneguhkan kita juga adalah disini kita melihat bahwa kelahiran Yesus
sebagai sang Mesias telah dinubuatkan sejak zaman Perjanjian Lama salah satunya
di dalam kitab Yesaya. Dan kelahiran
Yesus sendiri di genapi 700 tahun kemudian.
Kita melihat bahwa Allah adalah pribadi yang tidak pernah ingkar dalam
menyatakan janji-janjiNya bagi kita.
Daftar
Pustaka:
Thomas Hwang. Kristologi. Yogyakarta:
AMI Publication.
Denis Green. Pengenalan Perjanjian Lama. Malang:
Penerbit Gandum Mas.1984.
S.H. Widyapranawa. Tafsiran Alkitab Yesaya 1-12. Jakarta:BPK
Mulia. 1985.
Charles F. Pfeiffer, Everett F.
Harrison. The Wycliffe Bible Commentary
Volume 2. Malang: Gandum Mas. 2005.
Robert Letham. Allah Trinitas. Surabaya:Penerbit
Momentum.
Barnabas Ludji. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2. Bandung:
Bina Media Informasi. 2009.
[1] Thomas Hwang. Kristologi.(Yogyakarta: AMI
Publication). Hlm 179.
[2] Denis Green. Pengenalan Perjanjian Lama. (Malang:
Penerbit Gandum Mas.1984). Hlm. 152.
[3] Ibid. Denis Green. Hlm. 153.
[4] S.H. Widyapranawa. Tafsiran Alkitab Yesaya 1-12. (Jakarta:BPK
Mulia. 1985). Hlm. 91
[5] Ibid. Denis Green. Hlm. 154.
[6] Ibid. S.H. Widyapranawa. Hlm 92.
[7] Ibid. S.H. Widyapranawa. Hlm
92.
[8]Charles F.
Pfeiffer, Everett F. Harrison. The
Wycliffe Bible Commentary Volume 2. (Malang: Gandum Mas. 2005 ). Hlm 437.
[9] Robert Letham. Allah Trinitas. (Surabaya:Penerbit
Momentum). Hlm. 32.
[10] Ibid. Charles F. Pfeiffer, Everett F.
Harrison.. Hlm 437.
[11] Barnabas Ludji. Pemahaman Dasar Perjanjian Lama 2.(Bandung:
Bina Media Informasi. 2009). Hlm 73.
[12] Ibid. Barnabas Ludji. Hlm 74.
0 komentar:
Post a Comment