7:14 PM
0

www.padfield.com

Pendahuluan
Latar Belakang Kitab

Mengenai Amos
Amos adalah seorang nabi abad ke-8 SM, rekan sezaman Yesaya dan Mikha di Yehuda, dan Yunus serta Hosea di Israel. Ia menyatakan empat fakta penting tentang dirinya dalam Amos 1:1.Amos "melihat" beritanya (yaitu, ia mendapat beberapa penglihatan nubuat; bd. Amo 7:1,4,7; Amo 8:1-2; Amo 9:1) mengenai Israel, kerajaan utara. Sekalipun dia orang awam tanpa status nabi yang resmi, Allah memberikan kepadanya beban dan pelayanan kenabian bagi Israel yang memberontak (bd. Amo 7:14-15); namanya berarti "terbeban" atau "pemikul beban".[1]
Amos berasal dari Tekoa, sebuah kota kecil di Yehuda sekitar 6 mil di selatan Betlehem dan 11 mil dari Yerusalem.  Dia bukan seorang pria di istana seperti Yesaya atau anggota keluarga imam seperti Yeremia dan Yehezkiel. Ia mencari nafkah dari ternak dan memungut buah ara hutan (1:1; 7:14-15).  Apakah ia memiliki ternak dan kebun atau hanya bekerja sebagai pekerja upahan tidak diketahui.[2]
Ia memiliki keterampilan dalam berkata-kata dan juga pengetahuan umum yang luas tentang sejarah dan dunia. Meskipun rumahnya di Yehuda, ia dikirim untuk mengumumkan penghakiman Allah atas kerajaan utara (Israel).  Dia mungkin melayani sebagian besar di Betel (7: 10-13; lihat 1Raj 12: 28-30), tempat sucikeagamaan yang utama Israel, di mana pejabat atas dari kerajaan utara melakukan penyembahan.

Latar Belakang Politik, Agama, Sosial, Budaya dan Ekonomi
Menurut ayat pertama, Amos bernubuat pada masa pemerintahan Uzia atas Yehuda (792-740 b.c.) dan Yerobeam II atas Israel (793-753). Bagian utama dari pelayanannya mungkin dilakukan 760-750 bc. Kedua kerajaan menikmati kemakmuran besar dan telah mencapai ketinggian politik dan militer baru (lih. 2Raj 14:23 - 15: 7; 2Taw 26). Itu juga merupakan waktu penyembahan berhala, kemewahan yang luar biasa dalam kehidupan mewah, imoralitas, korupsi prosedur peradilan dan penindasan orang miskin.[3]
Sebagai akibatnya, Allah akan segera membawa kerajaan Utara dalam penawanan Asyur (722-721).Israel pada saat itu secara politik aman dan puas secara spiritual. Sekitar 40 tahun sebelumnya, pada akhir pelayanannya, Elisa telah menubuatkan kebangkitan kekuatan Israel (2Raj 13: 17-19), dan lebih lanjut Yunus menubuatkan pemulihannya menjadi sebuah kemuliaan yang tidak diketahui sejak zaman Salomo (2Raj 14 : 25). Oleh sebab itu, bangsa ini merasa yakin, bahwa mereka dalam rahmat Allah yang baik. Tetapi kemakmuran meningkatkan kerusakan agama dan moral bangsa Israel. Penghukuman Tuhan yang lalu untuk ketidaksetiaan dilupakan, dan kesabarannya berakhir – Di mana Ia kemudian mengirim Amos untuk mengumumkan hal itu.
Para ahli purbakala telah menemukan bukti terjadinya sebuah gempa bumi besar yang merusak dari waktu ini di beberapa tempat di Israel, termasuk ibukotanya Samaria. Zakharia juga menyebutkan gempa bumi yang sama (Za 14:5) lebih dari 200 tahun kemudian, serta menyatakan bahwa gempa itu sangat besar. Acuan oleh Amos menyinggung bahwa ia memandangnya sebagai pengesahan dari berita dan pelayanannya sebagai nabi kepada Israel (bd. Amo 9:1).[4]

Analisis Sastra
Dilihat dari bentuk sastranya, bagian ini berbentuk puisi.Bagian ini terdiri dari dua kuplet. Kuplet yaitu bait sajak (nyanyian) yang terdiri atas dua baris atau lebih.[5] Masing-masing tersusun menurut bagian yang sama. Justru itulah sebabnya semuanya itu merupakan nubuat yang mengesankan. Setiap kuplet mulai dengan ungkapan: “Karena tiga perbuatan jahat… bahkan empat … Sesudah itu biasanya hanya disebutkan satu kejahatan tertentu. Akhirnya diberitahukan, bahwa Allah akan mengadili dan menghukum bangsa itu, dan ini diberikan dengan gambaran peperangan dan kehancuran.[6]
Ungkapan “karena tiga perbuatan jahat … bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusanKu. Dalam amsal Ibrani atau dalam ungkapan-ungkapan lainnya adalah sangat digemari pemakaian dua bilangan berturut-turut seperti ini. (Am 4:8; Yes 17:6). Maksudnya ialah : adalah tidak perlu atau tidak mungkin untuk menyebutkan jumlah yang tepat. Kadang-kadang yang dimaksudkan hanya sedikit saja, tidak berapa penting (mis Yes 17:6), tetapi kadang-kadang justru sebaliknya: banyak, sebanyak mungkin (Mikha 5:4)[7]
Sehingga dalam nubuat Amos maksudnya ialah, kejahatan bangsa tertentu itu sudah banyak; tidak dapat dan tidak usah disebutkan semuanya (maka kemudian disebutkanlah biasanya satu kejahatan tertentu sebagai contoh.


Pembahasan Tentang Hukuman dan Keadilan
Dalam Amos Pasal 1-3  

Mengenai hukum Tuhan dalam Amos Pasal 1-3
Ketika Amos bernubuat kepada kerajaan utara pada pertengahan abad ke-8 SM, bangsa itu secara lahiriah berada di puncak perluasan wilayah, stabilitas politik dan kemakmuran nasional, tetapi secara batiniah sudah bobrok. Kemunafikan dan penyembahan berhala sudah merata, masyarakat hidup mewah secara berlebihan, kebejatan merajalela, sistem peradilan rusak dan penindasan orang miskin merupakan kebiasaan umum. [8]
Dalam rangka mengikuti panggilan Allah, Amos pergi ke Betel, tempat tinggal raja Yerobeam II dan pusat agama yang dibanjiri para penyembah. Di sanalah Amos dengan berani memberitakan berita keadilan, kebenaran dan hukuman ilahi karena dosa kepada umat yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Tuhan kepada mereka.[9]
Syria dan Palestina menjadi sasaran kemarahan Allah sebab mereka telah berbuat dosa yang melewati batas kesabaran-Nya. Dengan kalimat retoris, ?karena tiga perbuatan jahat … bahkan empat" yang menunjukkan kejahatan yang telah melampaui batas, Tuhan tidak akan menarik keputusan-Nya (Am 1:3,6). Kemarahan Tuhan tidak akan reda sampai Ia menuntaskan penghukuman.
Kemarahan Tuhan turun atas istana dan puri di Damsyik (TB Am 1:4-5), serta puri di Gaza (TB Am 1:6), yang merupakan pusat kekuasan dan simbol pemegang tongkat kerajaan Syria dan Palestina. Namun, para penguasa yang biasanya bersandar pada kekuatan militer dan benteng pertahanan tidak mampu menghadapi murka Tuhan yang menyala-nyala. Kota-kota perlindungan, pintu gerbang yang kuat dan tinggi tak mampu menghambat rencana Tuhan.
Perbuatan yang mendatangkan murka Tuhan bagi bangsa Syria secara spesifik berhubungan dengan tindakan mereka atas bangsa Israel di Gilead (TB Am 1:3). Walau Tuhan memakai Syria untuk menghukum Israel dengan pengambilan daerah Gilead (TB Am 1), tetapi perbuatan mereka kejam dan brutal (TB Am 1). Bagi Palestina, secara khusus kota Gaza, Tuhan menyebut perbuatan bangsa itu yang menyerahkan suatu bangsa tertentu kepada Edom. Walau tidak disebut dengan jelas bangsa apa itu dan alasan dibalik penyerahannya kepada Edom, tetapi tindakan itu bersalah di mata Tuhan.
Perikop ini memperingatkan, bahwa Tuhan sungguh berdaulat atas semua manusia di atas bumi. Walaupun bangsa itu tidak kenal Tuhan, tetapi Dia tetap meminta pertanggungjawaban atas dosa yang telah dilakukan.
Ada dua peringatan penting dalam pasal-pasal selanjutnya, yaitu agar kita tidak menyimpan dendam terhadap orang lain dan menyimpan berhala. Bangsa Yehuda sebagai bangsa pilihan Tuhan, perbuatan mereka bertolak belakang dengan jati diri mereka. Tindakan mereka seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan dengan menyembah alah-alah lain (TB Am 2:4). Mereka telah mengkhianati Tuhan dan perjanjian-Nya. Tuhan marah atas mereka dan menjatuhkan hukuman pada seluruh kerajaan Yehuda yang dimulai dari istana raja di Yerusalem. Berita penghukuman terhadap Yehuda, disatu sisi merupakan pernyataan keadilan Allah. Allah tidak hanya menghakimi bangsa-bangsa di sekitar Israel yang jahat, umat-Nya pun tidak luput dari tuntutan-Nya agar hidup benar di hadapan-Nya. Di sisi lain, ini strategi Amos untuk menarik perhatian Israel, saudara Yehuda. Ada permusuhan di antara keduanya, sehingga kita bisa membayangkan Israel berseru dan bersorak, "Memang pantas Yehuda dihukum!”[10]

Dosa-dosa dan kebebalan bangsa Israel(Amos Pasal 4-6)
            Pembukaan pasal 4 menjadi menarik, penyebutan Wanita kalangan atas pada masa itu disebut "lembu-lembu Basan" (yaitu, ternak Kanaan yang berketurunan murni dan diberi makanan cukup; bd. Mazm 22:13). Sementara para wanita ini minum anggur, mereka mendesak suami mereka untuk mencari uang lebih banyak dengan menindas orang miskin supaya mereka dapat minum lebih banyak lagi dan bersenang-senang dalam kemewahan.
Pelanggaran dan dosa Israel sebagai umat Allah sudah penuh, karena telah melibatkan semua orang dan meliputi seluruh aspek kehidupan: sosial, ekonomi dan keagamaan (ayat TB Am 4:4,5). Dosa dalam kehidupan keagamaan yang dinilai jahat oleh Tuhan: pertama, motivasi yang bengkok dalam beribadah. Mereka melakukan upacara ibadah secara teratur dan tertib dengan persembahan yang melimpah ruah untuk merayu Allah, agar Allah melupakan kejahatan mereka. Kedua, mereka kelihatan begitu saleh, tetapi sebenarnya mereka adalah penindas kaum lemah. Saleh tetapi tidak bermoral. Keagamaan dan kerohanian berjalan serasi dengan penindasan kaum miskin dan lemah, korupsi, memutuskan perkara secara tidak adil, dan sebagainya. Ini sungguh bertentangan dengan pemahaman iman tentang arti ibadah. Ibadah dalam arti sesungguhnya adalah pengabdian secara utuh kepada Allah dalam bentuk ritual yang juga meliputi sikap hidup sehari-hari.
Sikap mereka yang meninggalkan Allah tampak dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Mereka mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah (ayat Am 5:7,10); menindas dan merampas hak milik orang lemah dengan uang dan memungut pajak gandum yang mestinya harus ditolong oleh negara (TB Am 5:11,12). Semua kejahatan itu jelas perbuatan-perbuatan yang melawan Allah sekaligus menghancurkan nilai kemanusiaan.
Tuhan sama sekali tidak menolelir sikap hidup mereka yang membunuh kehidupan dan pengharapan mereka yang lemah. Sebagaimana Allah memihak kepada Israel ketika ditindas di Mesir, demikianpun Allah akan mendengar seruan mereka yang tertindas di antara umat Allah. Para penindas akan mengalami penghukuman Allah. Kemewahan yang mereka peroleh dari hasil penindasan akan musnah. Kebun anggur yang mereka bangun dengan indah tidak akan mereka nikmati (TB Am 5:11).
Teguran Allah mengaum lebih keras dan kini ditujukan kepada para pemimpin umat. Mereka biasa dikenal sebagai yang terkemuka dan utama (TB Am 6:1) dan yang beroleh kesempatan istimewa menikmati hal-hal terbaik (harfiah: utama) dalam hidup (TB Am 6:6; bdk. Am 6:4-5). Di tengah-tengah krisis bangsa seharusnya para pemimpin yang pertama prihatin, tetapi justru mereka larut dalam kehidupan gemerlap dan menganggap kekelaman dari Allah itu jauh dari mereka (TB Am 6:3,6). Mata mereka telah dibutakan oleh kekayaan hasil rampasan dan penindasan terhadap yang lemah. Bahkan mereka masih terus menyelenggarakan pemerintahan dengan tangan besi dan memutarbalikkan keadilan (ayat Am 6:3,12). Untuk semua yang mereka lakukan, Tuhan bersumpah demi diri-Nya untuk menghukum (TB Am 6:8) juga memusnahkan bangsa itu (Am 6:9). Allah akan membangkitan suatu bangsa untuk menindas mereka (Am 6:14).[11]

Mengenai penglihatan-penglihatan Amos
Nabi Amos memperoleh inspirasi ilahi lewat berbagai penglihatan (TB Am 1:2,4,7,8). Berulang kali Amos beroleh penglihatan akan datangnya hukuman Allah yang dahsyat. Berulangkali pula Amos menempatkan diri di tempat umat-Nya. Ia mengajukan permohonan agar Allah mengasihani dan tidak menjatuhkan hukuman sedahsyat itu. Inilah indikator pertama kesungguhan kenabian. Seorang nabi sejati tidak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Nabi sejati peka terhadap suara dan kehendak Tuhan tetapi juga prihatin akan keadaan umat.
Sesudah dua kali berturut-turut Amos bersyafaat di hadapan Allah, pada penglihatan ketiga dan selanjutnya (ps. 8), Allah tidak lagi memberi kesempatan kepada umat-Nya untuk luput dari hukuman. Kesabaran Allah ada batasnya. Masa penghukuman itu pasti akan datang. Tidak ada waktu berbalik. Amos pun tidak lagi memohon kepada Allah untuk mengubah rencana-Nya. Amos adalah hamba Allah, maka ia tidak boleh membela umat yang berdosa lebih dari ia "membela" kebenaran Allah. Penghukuman akan terjadi, tragedi peperangan akan menghancurkan: [1] ibadah Israel yang penuh dengan kemunafikan (TB Am 7:9; bdk. Am 4:4,5); [2] para penguasa dan keluarga mereka yang berlaku lalim terhadap rakyat (Am 7:9,11).[12]
Lain halnya dari Amos adalah Amazia, imam palsu yang melayani Yerobeam. Yang imam ini lakukan adalah ciri nabi palsu. Untuknya kenabian atau keimaman adalah soal "cari makan" (Am 7:12). Urusannya bukanlah membela umat dan menaati Tuhan tetapi memberi keyakinan-keyakinan palsu kepada raja (TB Am 7:12). Kepalsuan membuatnya siap mengusir Amos sebab pemberitaan Amos tentang kematian Raja Yerobeam dan pembuangan Israel membahayakan (TB Am 7:11). Semua nabi profesional hanya menubuatkan hal-hal yang menyenangkan.[13]
            Untuk menyatakan bahwa keputusan Allah sudah waktunya (TB Am 8:1,2), Allah memberikan penglihatan keempat kepada Amos. Bakul berisi buah-buahan musim kemarau itu menggambarkan penghukuman yang meliputi seluruh aspek kehidupan umat, termasuk aspek keagamaan sudah tiba saatnya. Nyanyian sukacita bermuatan optimisme palsu dalam ibadah berubah menjadi ratapan (TB Am 8:3). Tidak ada lagi kesukaan. Semuanya berubah menjadi perkabungan (Am 8:10).
Allah melalui Amos, kembali merinci dosa-dosa Israel: [1] para petinggi bangsa dan elit-elit lainnya tidak lagi memikirkan keadilan, tidak berlaku jujur dalam berdagang, dsb. (TB Am 8:4-7); [2] menganggap bahwa kegiatan Hari Sabat dan perayaan-perayaan agama lainnya sangat menyita waktu mereka; [3] karena itu mereka merasa kehilangan kesempatan untuk meraih harta sebanyak- banyaknya. Tuhan akan mendatangkan hari-hari kelam dan gelap yaitu hari malapetaka (Am 8:9-10). Pada saat itu umat akan bersusah-susah mencari Tuhan karena mereka tidak akan dapat mendengarkan Allah yang berfirman. Allah telah membelakangi mereka. Inilah tragedi yang paling mengerikan dalam kehidupan manusia. Puncak penderitaan manusia adalah ketika Allah sudah kehabisan kesabaran dan membelakangi manusia.
Bangsa Israel tidak dapat menghindar dari penghukuman Allah (TB Am 9:1). Ingin lari? Kemanapun mereka pergi bahkan pergi jauh ke dunia orang mati, Tuhan akan menemukan dan mengambil mereka (TB Am 9:2). Dalam pemahaman PL dunia orang mati berada di belahan bumi paling bawah, sebuah tempat yang paling jauh dari tempat Allah di langit di atas langit. Ingin bersembunyi di Gunung Karmel (TB Am 9:3) -tempat yang dianggap cukup aman untuk bersembunyi, tetapi justru di sana Allah siap menghakimi? Di dasar laut (TB Am 9:3)? Tuhan akan memerintahkan ular untuk menggigit mereka di sana. Orang zaman itu menganggap dasar laut sebagai tempat yang tidak akan terjangkau oleh Allah. Ingat peristiwa Nabi Yunus? Tuhan tetap dapat menemukannya. Tidak ada tempat yang rahasia bagi Allah (Am 9:5,6).[14]
Dari sejarah bangsa Israel, kita tahu bahwa Israel adalah bangsa yang dikhususkan Allah. Namun, kekhususan itu membuat bangsa Israel menjadi sombong, dan beranggapan Allah yang telah memilih mereka, karena itu mustahil Allah menghukum mereka. Kesalahan persepsi ini mengakibatkan terjadinya praktik-praktik penindasan dan pengeksploitasian sesama. Israel semakin tidak terkendali. Allah yang mengubah status sebagai bangsa pilihan, Allah pula yang memutuskan untuk tidak lagi mengkhususkan bangsa Israel bagi-Nya. Israel menjadi sama dengan bangsa-bangsa lain seperti Etiopia, orang Filistin, dan orang Aram. Namun, penghukuman Allah bukanlah tujuan akhir. Allah tetap menyelamatkan sisa-sisa Israel (TB Am 9:8). Penghukuman ini adalah kendaraan Allah untuk menciptakan sisa-sisa yang diselamatkan, yang luput dari penghukuman. Inilah kasih setia Allah.


Kesimpulan
Allah yang untukNya Amos berbicara adalah Tuhan yang lebih dari sekadar hanya untuk Israel. Dia juga menggunakan satu bangsa melawan yang lain untuk melaksanakan tujuanNya (6:14). Dia adalah Raja Agung yang memerintah seluruh alam semesta (4:13; 5: 8; 9: 5-6). Karena Ia berkuasa penuh, Allah Israel memegang sejarah dan takdir semua bangsa dan dunia di tanganNya.
Tema dominan dinyatakan dengan jelas di 5:24, yang menyerukan keadilan sosial sebagai ekspresi dari kesalehan sejati yang tak tergantikan. Amos adalah juru bicara yang kuat untuk keadilan dan kebenaran Allah, sedangkan Hosea menekankan kasih, karunia, belas kasihan dan pengampunan Allah. Amos menyatakan bahwa Allah akan menghakimi orang-orangnya yang tidak setia, tidak taat, dan pelanggaran terhadap perjanjian.
Meskipun pilihan khusus Allah Israel dan kebaikanNya kepada mereka selama masa keluaran dan penaklukan dan di zaman Daud dan Salomo, umatnya terus gagal untuk menghormati dan mematuhinya. Tempat-tempat suci di Betel dan tempat-tempat ibadah lainnya sering dijadikan tempat penyembahan berhala, dan Israel telah memiliki pandangan duniawi tentang ritual yang Tuhan telah tetapkan. Mereka mengira bahwa ritus-ritus itu adalah semua yang dituntut Allah, dan, dengan melakukan itu semua, mereka dapat melakukan apa pun yang mereka senangi - sebuah gagasan yang pada dasarnya bersifat kafir.
Tanpa komitmen terhadap hukum Allah, mereka tidak memiliki dasar untuk standar perilaku. Amos mengutuk semua orang yang membuat diri mereka kuat atau kaya dengan mengorbankan orang lain. Mereka yang telah memperoleh dua rumah indah (3:15), perabotan mahal dan meja yang penuh dengan kecurangan, menyesatkan keadilan dan menghancurkan orang miskin akan kehilangan segalanya yang mereka miliki.
Penghakiman Allah yang akan segera terjadi di Israel tidak akan menjadi pukulan hukuman belaka untuk memperingatkan (seperti sering sebelumnya; lihat 4: 6-11 dan perhatikan), tetapi hampir kehancuran total. Hal yang tidak terpikirkan akan terjadi: Karena mereka tidak dengan setia menguduskan diri mereka kepada kekuasaanNya, Tuhan akan mencabut orang-orang pilihannya dengan tangan bangsa kafir.



Daftar Pustaka
           
Ref. Buku:
ASimanjutak,. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. (1990. Jakarta:Yayasan Bina Kasih).
KBBI, kuplet
Boland, B.J. TafsiranAlkitabKitab Amos.(2015. Jakarta : BPK. GunungMulia).

            Ref. App.
http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_amos.htm




[1]http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_amos.htm
[2]Ibid. http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_amos.htm
[3]Simanjutak, A. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. (1990. Jakarta:Yayasan Bina Kasih). Hlm. 234.
[4]Ibid. Simanjutak, A. Hlm. 234.
[5] KBBI, kuplet
[6] B.J Boland. TafsiranAlkitabKitab Amos.(2015. Jakarta : BPK. GunungMulia). hal. 10
[7] Ibid. B.J Boland. hal. 15.
[8]Ibid. B.J Boland. hal. 16.
[9]Ibid. B.J Boland. hal. 16.
[10]Ibid. Simanjutak, A. Hlm. 237.
[11]Ibid. Simanjutak, A. Hlm. 237
[12]Ibid. Simanjutak, A. Hlm. 238.
[13]Ibid. http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_amos.htm
[14]Ibid. http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_amos.htm

0 komentar:

Post a Comment