www.padfield.com
Pendahuluan
Latar Belakang Kitab
Mengenai
Amos
Amos adalah seorang
nabi abad ke-8 SM, rekan sezaman Yesaya dan Mikha di Yehuda, dan Yunus serta
Hosea di Israel. Ia menyatakan empat fakta penting tentang dirinya dalam Amos
1:1.Amos "melihat" beritanya (yaitu, ia mendapat beberapa penglihatan
nubuat; bd. Amo 7:1,4,7; Amo 8:1-2; Amo 9:1) mengenai Israel, kerajaan utara.
Sekalipun dia orang awam tanpa status nabi yang resmi, Allah memberikan kepadanya
beban dan pelayanan kenabian bagi Israel yang memberontak (bd. Amo 7:14-15);
namanya berarti "terbeban" atau "pemikul beban".[1]
Amos berasal dari
Tekoa, sebuah kota kecil di Yehuda sekitar 6 mil di selatan Betlehem dan 11 mil
dari Yerusalem. Dia bukan seorang pria
di istana seperti Yesaya atau anggota keluarga imam seperti Yeremia dan
Yehezkiel. Ia mencari nafkah dari ternak dan memungut buah ara hutan (1:1;
7:14-15). Apakah ia memiliki ternak dan
kebun atau hanya bekerja sebagai pekerja upahan tidak diketahui.[2]
Ia memiliki
keterampilan dalam berkata-kata dan juga pengetahuan umum yang luas tentang
sejarah dan dunia. Meskipun rumahnya di Yehuda, ia dikirim untuk mengumumkan
penghakiman Allah atas kerajaan utara (Israel).
Dia mungkin melayani sebagian besar di Betel (7: 10-13; lihat 1Raj 12:
28-30), tempat sucikeagamaan yang utama Israel, di mana pejabat atas dari
kerajaan utara melakukan penyembahan.
Latar
Belakang Politik, Agama, Sosial, Budaya dan Ekonomi
Menurut ayat pertama,
Amos bernubuat pada masa pemerintahan Uzia atas Yehuda (792-740 b.c.) dan Yerobeam
II atas Israel (793-753). Bagian utama dari pelayanannya mungkin dilakukan
760-750 bc. Kedua kerajaan menikmati kemakmuran besar dan telah mencapai
ketinggian politik dan militer baru (lih. 2Raj 14:23 - 15: 7; 2Taw 26). Itu
juga merupakan waktu penyembahan berhala, kemewahan yang luar biasa dalam
kehidupan mewah, imoralitas, korupsi prosedur peradilan dan penindasan orang
miskin.[3]
Sebagai akibatnya,
Allah akan segera membawa kerajaan Utara dalam penawanan Asyur (722-721).Israel
pada saat itu secara politik aman dan puas secara spiritual. Sekitar 40 tahun
sebelumnya, pada akhir pelayanannya, Elisa telah menubuatkan kebangkitan
kekuatan Israel (2Raj 13: 17-19), dan lebih lanjut Yunus menubuatkan
pemulihannya menjadi sebuah kemuliaan yang tidak diketahui sejak zaman Salomo
(2Raj 14 : 25). Oleh sebab itu, bangsa ini merasa yakin, bahwa mereka dalam
rahmat Allah yang baik. Tetapi kemakmuran meningkatkan kerusakan agama dan
moral bangsa Israel. Penghukuman Tuhan yang lalu untuk ketidaksetiaan
dilupakan, dan kesabarannya berakhir – Di mana Ia kemudian mengirim Amos untuk mengumumkan
hal itu.
Para ahli purbakala
telah menemukan bukti terjadinya sebuah gempa bumi besar yang merusak dari
waktu ini di beberapa tempat di Israel, termasuk ibukotanya Samaria. Zakharia
juga menyebutkan gempa bumi yang sama (Za 14:5) lebih dari 200 tahun kemudian,
serta menyatakan bahwa gempa itu sangat besar. Acuan oleh Amos menyinggung
bahwa ia memandangnya sebagai pengesahan dari berita dan pelayanannya sebagai
nabi kepada Israel (bd. Amo 9:1).[4]
Analisis
Sastra
Dilihat dari bentuk
sastranya, bagian ini berbentuk puisi.Bagian ini terdiri dari dua kuplet.
Kuplet yaitu bait sajak (nyanyian) yang terdiri atas dua baris atau lebih.[5]
Masing-masing tersusun menurut bagian yang sama. Justru itulah sebabnya
semuanya itu merupakan nubuat yang mengesankan. Setiap kuplet mulai dengan
ungkapan: “Karena tiga perbuatan jahat… bahkan empat … Sesudah itu biasanya
hanya disebutkan satu kejahatan tertentu. Akhirnya diberitahukan, bahwa Allah
akan mengadili dan menghukum bangsa itu, dan ini diberikan dengan gambaran
peperangan dan kehancuran.[6]
Ungkapan “karena tiga
perbuatan jahat … bahkan empat, Aku tidak akan menarik kembali keputusanKu.
Dalam amsal Ibrani atau dalam ungkapan-ungkapan lainnya adalah sangat digemari
pemakaian dua bilangan berturut-turut seperti ini. (Am 4:8; Yes 17:6).
Maksudnya ialah : adalah tidak perlu atau tidak mungkin untuk menyebutkan
jumlah yang tepat. Kadang-kadang yang dimaksudkan hanya sedikit saja, tidak
berapa penting (mis Yes 17:6), tetapi kadang-kadang justru sebaliknya: banyak,
sebanyak mungkin (Mikha 5:4)[7]
Sehingga dalam nubuat
Amos maksudnya ialah, kejahatan bangsa tertentu itu sudah banyak; tidak dapat
dan tidak usah disebutkan semuanya (maka kemudian disebutkanlah biasanya satu
kejahatan tertentu sebagai contoh.
Pembahasan Tentang Hukuman dan Keadilan
Dalam Amos Pasal 1-3
Mengenai
hukum Tuhan dalam Amos Pasal 1-3
Ketika Amos bernubuat
kepada kerajaan utara pada pertengahan abad ke-8 SM, bangsa itu secara lahiriah
berada di puncak perluasan wilayah, stabilitas politik dan kemakmuran nasional,
tetapi secara batiniah sudah bobrok. Kemunafikan dan penyembahan berhala sudah
merata, masyarakat hidup mewah secara berlebihan, kebejatan merajalela, sistem
peradilan rusak dan penindasan orang miskin merupakan kebiasaan umum. [8]
Dalam rangka
mengikuti panggilan Allah, Amos pergi ke Betel, tempat tinggal raja Yerobeam II
dan pusat agama yang dibanjiri para penyembah. Di sanalah Amos dengan berani
memberitakan berita keadilan, kebenaran dan hukuman ilahi karena dosa kepada
umat yang tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan Tuhan kepada mereka.[9]
Syria dan Palestina
menjadi sasaran kemarahan Allah sebab mereka telah berbuat dosa yang melewati
batas kesabaran-Nya. Dengan kalimat retoris, ?karena tiga perbuatan
jahat … bahkan empat" yang menunjukkan kejahatan yang telah
melampaui batas, Tuhan tidak akan menarik keputusan-Nya (Am 1:3,6). Kemarahan
Tuhan tidak akan reda sampai Ia menuntaskan penghukuman.
Kemarahan Tuhan turun
atas istana dan puri di Damsyik (TB Am 1:4-5), serta puri di Gaza (TB Am 1:6),
yang merupakan pusat kekuasan dan simbol pemegang tongkat kerajaan Syria dan
Palestina. Namun, para penguasa yang biasanya bersandar pada kekuatan militer
dan benteng pertahanan tidak mampu menghadapi murka Tuhan yang menyala-nyala.
Kota-kota perlindungan, pintu gerbang yang kuat dan tinggi tak mampu menghambat
rencana Tuhan.
Perbuatan yang
mendatangkan murka Tuhan bagi bangsa Syria secara spesifik berhubungan dengan
tindakan mereka atas bangsa Israel di Gilead (TB Am 1:3). Walau Tuhan memakai
Syria untuk menghukum Israel dengan pengambilan daerah Gilead (TB Am 1), tetapi
perbuatan mereka kejam dan brutal (TB Am 1). Bagi Palestina, secara khusus kota
Gaza, Tuhan menyebut perbuatan bangsa itu yang menyerahkan suatu bangsa
tertentu kepada Edom. Walau tidak disebut dengan jelas bangsa apa itu dan
alasan dibalik penyerahannya kepada Edom, tetapi tindakan itu bersalah di mata
Tuhan.
Perikop ini
memperingatkan, bahwa Tuhan sungguh berdaulat atas semua manusia di atas bumi.
Walaupun bangsa itu tidak kenal Tuhan, tetapi Dia tetap meminta
pertanggungjawaban atas dosa yang telah dilakukan.
Ada dua peringatan penting
dalam pasal-pasal selanjutnya, yaitu agar kita tidak menyimpan dendam terhadap
orang lain dan menyimpan berhala. Bangsa Yehuda sebagai bangsa pilihan Tuhan,
perbuatan mereka bertolak belakang dengan jati diri mereka. Tindakan mereka
seperti bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan dengan menyembah alah-alah lain
(TB Am 2:4). Mereka telah mengkhianati Tuhan dan perjanjian-Nya. Tuhan marah
atas mereka dan menjatuhkan hukuman pada seluruh kerajaan Yehuda yang dimulai
dari istana raja di Yerusalem. Berita penghukuman terhadap Yehuda, disatu sisi
merupakan pernyataan keadilan Allah. Allah tidak hanya menghakimi bangsa-bangsa
di sekitar Israel yang jahat, umat-Nya pun tidak luput dari tuntutan-Nya agar
hidup benar di hadapan-Nya. Di sisi lain, ini strategi Amos untuk menarik
perhatian Israel, saudara Yehuda. Ada permusuhan di antara keduanya, sehingga
kita bisa membayangkan Israel berseru dan bersorak, "Memang pantas Yehuda dihukum!”[10]
Dosa-dosa
dan kebebalan bangsa Israel(Amos Pasal 4-6)
Pembukaan
pasal 4 menjadi menarik, penyebutan Wanita kalangan atas pada masa itu disebut "lembu-lembu Basan" (yaitu,
ternak Kanaan yang berketurunan murni dan diberi makanan cukup; bd. Mazm 22:13).
Sementara para wanita ini minum anggur, mereka mendesak suami mereka untuk
mencari uang lebih banyak dengan menindas orang miskin supaya mereka dapat
minum lebih banyak lagi dan bersenang-senang dalam kemewahan.
Pelanggaran dan dosa
Israel sebagai umat Allah sudah penuh, karena telah melibatkan semua orang dan
meliputi seluruh aspek kehidupan: sosial, ekonomi dan keagamaan (ayat TB Am
4:4,5). Dosa dalam kehidupan keagamaan yang dinilai jahat oleh Tuhan: pertama,
motivasi yang bengkok dalam beribadah. Mereka melakukan upacara ibadah secara
teratur dan tertib dengan persembahan yang melimpah ruah untuk merayu Allah,
agar Allah melupakan kejahatan mereka. Kedua, mereka kelihatan begitu saleh,
tetapi sebenarnya mereka adalah penindas kaum lemah. Saleh tetapi tidak
bermoral. Keagamaan dan kerohanian berjalan serasi dengan penindasan kaum
miskin dan lemah, korupsi, memutuskan perkara secara tidak adil, dan
sebagainya. Ini sungguh bertentangan dengan pemahaman iman tentang arti ibadah.
Ibadah dalam arti sesungguhnya adalah pengabdian secara utuh kepada Allah dalam
bentuk ritual yang juga meliputi sikap hidup sehari-hari.
Sikap mereka yang
meninggalkan Allah tampak dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Mereka
mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah (ayat Am
5:7,10); menindas dan merampas hak milik orang lemah dengan uang dan memungut
pajak gandum yang mestinya harus ditolong oleh negara (TB Am 5:11,12). Semua
kejahatan itu jelas perbuatan-perbuatan yang melawan Allah sekaligus menghancurkan
nilai kemanusiaan.
Tuhan sama sekali
tidak menolelir sikap hidup mereka yang membunuh kehidupan dan pengharapan
mereka yang lemah. Sebagaimana Allah memihak kepada Israel ketika ditindas di
Mesir, demikianpun Allah akan mendengar seruan mereka yang tertindas di antara
umat Allah. Para penindas akan mengalami penghukuman Allah. Kemewahan yang
mereka peroleh dari hasil penindasan akan musnah. Kebun anggur yang mereka
bangun dengan indah tidak akan mereka nikmati (TB Am 5:11).
Teguran Allah mengaum
lebih keras dan kini ditujukan kepada para pemimpin umat. Mereka biasa dikenal
sebagai yang terkemuka dan utama (TB Am 6:1) dan yang beroleh kesempatan
istimewa menikmati hal-hal terbaik (harfiah: utama) dalam hidup (TB Am 6:6;
bdk. Am 6:4-5). Di tengah-tengah krisis bangsa seharusnya para pemimpin yang
pertama prihatin, tetapi justru mereka larut dalam kehidupan gemerlap dan
menganggap kekelaman dari Allah itu jauh dari mereka (TB Am 6:3,6). Mata mereka
telah dibutakan oleh kekayaan hasil rampasan dan penindasan terhadap yang
lemah. Bahkan mereka masih terus menyelenggarakan pemerintahan dengan tangan
besi dan memutarbalikkan keadilan (ayat Am 6:3,12). Untuk semua yang mereka
lakukan, Tuhan bersumpah demi diri-Nya untuk menghukum (TB Am 6:8) juga memusnahkan
bangsa itu (Am 6:9). Allah akan membangkitan suatu bangsa untuk menindas mereka
(Am 6:14).[11]
Mengenai
penglihatan-penglihatan Amos
Nabi Amos memperoleh
inspirasi ilahi lewat berbagai penglihatan (TB Am 1:2,4,7,8). Berulang kali
Amos beroleh penglihatan akan datangnya hukuman Allah yang dahsyat.
Berulangkali pula Amos menempatkan diri di tempat umat-Nya. Ia mengajukan
permohonan agar Allah mengasihani dan tidak menjatuhkan hukuman sedahsyat itu.
Inilah indikator pertama kesungguhan kenabian. Seorang nabi sejati tidak
mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Nabi sejati peka terhadap suara dan
kehendak Tuhan tetapi juga prihatin akan keadaan umat.
Sesudah dua kali
berturut-turut Amos bersyafaat di hadapan Allah, pada penglihatan ketiga dan
selanjutnya (ps. 8), Allah tidak lagi memberi kesempatan kepada umat-Nya untuk
luput dari hukuman. Kesabaran Allah ada batasnya. Masa penghukuman itu pasti
akan datang. Tidak ada waktu berbalik. Amos pun tidak lagi memohon kepada Allah
untuk mengubah rencana-Nya. Amos adalah hamba Allah, maka ia tidak boleh
membela umat yang berdosa lebih dari ia "membela" kebenaran Allah.
Penghukuman akan terjadi, tragedi peperangan akan menghancurkan: [1] ibadah
Israel yang penuh dengan kemunafikan (TB Am 7:9; bdk. Am 4:4,5); [2] para
penguasa dan keluarga mereka yang berlaku lalim terhadap rakyat (Am 7:9,11).[12]
Lain halnya dari Amos
adalah Amazia, imam palsu yang melayani Yerobeam. Yang imam ini lakukan adalah
ciri nabi palsu. Untuknya kenabian atau keimaman adalah soal "cari
makan" (Am 7:12). Urusannya bukanlah membela umat dan menaati Tuhan tetapi
memberi keyakinan-keyakinan palsu kepada raja (TB Am 7:12). Kepalsuan
membuatnya siap mengusir Amos sebab pemberitaan Amos tentang kematian Raja
Yerobeam dan pembuangan Israel membahayakan (TB Am 7:11). Semua nabi
profesional hanya menubuatkan hal-hal yang menyenangkan.[13]
Untuk
menyatakan bahwa keputusan Allah sudah waktunya (TB Am 8:1,2), Allah memberikan
penglihatan keempat kepada Amos. Bakul berisi buah-buahan musim kemarau itu
menggambarkan penghukuman yang meliputi seluruh aspek kehidupan umat, termasuk
aspek keagamaan sudah tiba saatnya. Nyanyian sukacita bermuatan optimisme palsu
dalam ibadah berubah menjadi ratapan (TB Am 8:3). Tidak ada lagi kesukaan.
Semuanya berubah menjadi perkabungan (Am 8:10).
Allah melalui Amos,
kembali merinci dosa-dosa Israel: [1] para petinggi bangsa dan elit-elit
lainnya tidak lagi memikirkan keadilan, tidak berlaku jujur dalam berdagang,
dsb. (TB Am 8:4-7); [2] menganggap bahwa kegiatan Hari Sabat dan
perayaan-perayaan agama lainnya sangat menyita waktu mereka; [3] karena itu
mereka merasa kehilangan kesempatan untuk meraih harta sebanyak- banyaknya.
Tuhan akan mendatangkan hari-hari kelam dan gelap yaitu hari malapetaka (Am
8:9-10). Pada saat itu umat akan bersusah-susah mencari Tuhan karena mereka
tidak akan dapat mendengarkan Allah yang berfirman. Allah telah membelakangi
mereka. Inilah tragedi yang paling mengerikan dalam kehidupan manusia. Puncak
penderitaan manusia adalah ketika Allah sudah kehabisan kesabaran dan
membelakangi manusia.
Bangsa Israel tidak
dapat menghindar dari penghukuman Allah (TB Am 9:1). Ingin lari? Kemanapun mereka
pergi bahkan pergi jauh ke dunia orang mati, Tuhan akan menemukan dan mengambil
mereka (TB Am 9:2). Dalam pemahaman PL dunia orang mati berada di belahan bumi
paling bawah, sebuah tempat yang paling jauh dari tempat Allah di langit di
atas langit. Ingin bersembunyi di Gunung Karmel (TB Am 9:3) -tempat yang
dianggap cukup aman untuk bersembunyi, tetapi justru di sana Allah siap
menghakimi? Di dasar laut (TB Am 9:3)? Tuhan akan memerintahkan ular untuk
menggigit mereka di sana. Orang zaman itu menganggap dasar laut sebagai tempat
yang tidak akan terjangkau oleh Allah. Ingat peristiwa Nabi Yunus? Tuhan tetap
dapat menemukannya. Tidak ada tempat yang rahasia bagi Allah (Am 9:5,6).[14]
Dari sejarah bangsa
Israel, kita tahu bahwa Israel adalah bangsa yang dikhususkan Allah. Namun,
kekhususan itu membuat bangsa Israel menjadi sombong, dan beranggapan Allah
yang telah memilih mereka, karena itu mustahil Allah menghukum mereka.
Kesalahan persepsi ini mengakibatkan terjadinya praktik-praktik penindasan dan
pengeksploitasian sesama. Israel semakin tidak terkendali. Allah yang mengubah
status sebagai bangsa pilihan, Allah pula yang memutuskan untuk tidak lagi
mengkhususkan bangsa Israel bagi-Nya. Israel menjadi sama dengan bangsa-bangsa
lain seperti Etiopia, orang Filistin, dan orang Aram. Namun, penghukuman Allah
bukanlah tujuan akhir. Allah tetap menyelamatkan sisa-sisa Israel (TB Am 9:8).
Penghukuman ini adalah kendaraan Allah untuk menciptakan sisa-sisa yang
diselamatkan, yang luput dari penghukuman. Inilah kasih setia Allah.
Kesimpulan
Allah yang untukNya
Amos berbicara adalah Tuhan yang lebih dari sekadar hanya untuk Israel. Dia
juga menggunakan satu bangsa melawan yang lain untuk melaksanakan tujuanNya
(6:14). Dia adalah Raja Agung yang memerintah seluruh alam semesta (4:13; 5: 8;
9: 5-6). Karena Ia berkuasa penuh, Allah Israel memegang sejarah dan takdir semua
bangsa dan dunia di tanganNya.
Tema dominan
dinyatakan dengan jelas di 5:24, yang menyerukan keadilan sosial sebagai
ekspresi dari kesalehan sejati yang tak tergantikan. Amos adalah juru bicara
yang kuat untuk keadilan dan kebenaran Allah, sedangkan Hosea menekankan kasih,
karunia, belas kasihan dan pengampunan Allah. Amos menyatakan bahwa Allah akan
menghakimi orang-orangnya yang tidak setia, tidak taat, dan pelanggaran
terhadap perjanjian.
Meskipun pilihan khusus
Allah Israel dan kebaikanNya kepada mereka selama masa keluaran dan penaklukan
dan di zaman Daud dan Salomo, umatnya terus gagal untuk menghormati dan
mematuhinya. Tempat-tempat suci di Betel dan tempat-tempat ibadah lainnya
sering dijadikan tempat penyembahan berhala, dan Israel telah memiliki pandangan
duniawi tentang ritual yang Tuhan telah tetapkan. Mereka mengira bahwa
ritus-ritus itu adalah semua yang dituntut Allah, dan, dengan melakukan itu
semua, mereka dapat melakukan apa pun yang mereka senangi - sebuah gagasan yang
pada dasarnya bersifat kafir.
Tanpa komitmen
terhadap hukum Allah, mereka tidak memiliki dasar untuk standar perilaku. Amos
mengutuk semua orang yang membuat diri mereka kuat atau kaya dengan
mengorbankan orang lain. Mereka yang telah memperoleh dua rumah indah (3:15),
perabotan mahal dan meja yang penuh dengan kecurangan, menyesatkan keadilan dan
menghancurkan orang miskin akan kehilangan segalanya yang mereka miliki.
Penghakiman Allah
yang akan segera terjadi di Israel tidak akan menjadi pukulan hukuman belaka
untuk memperingatkan (seperti sering sebelumnya; lihat 4: 6-11 dan perhatikan),
tetapi hampir kehancuran total. Hal yang tidak terpikirkan akan terjadi: Karena
mereka tidak dengan setia menguduskan diri mereka kepada kekuasaanNya, Tuhan
akan mencabut orang-orang pilihannya dengan tangan bangsa kafir.
Daftar Pustaka
Ref.
Buku:
ASimanjutak,. Tafsiran Alkitab Masa Kini 1. (1990.
Jakarta:Yayasan Bina Kasih).
KBBI,
kuplet
Boland, B.J. TafsiranAlkitabKitab
Amos.(2015.
Jakarta : BPK. GunungMulia).
Ref. App.
http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_amos.htm
[5] KBBI, kuplet
[13]Ibid.
http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_amos.htm
[14]Ibid.
http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_amos.htm
0 komentar:
Post a Comment