3:08 AM
0
dewaruci-jaborn.blogspot.com

            Para rabi Yahudi dalam Septuaginta menyebut lima kitab pertama Perjanjian Lama dengan sebutan "Penta - Teuchos" (Pentateukh) atau lima jilid kitab". Sedangkan dalam frase Ibrani "lima kitab" itu disebut "mashab chomeshi torah" artinya "lima per-lima jilid Torah" yang terdiri atas lima bagian. Pemahaman ini penting mengingat banyak pakar Alkitab yang tidak mengakui kesatuan Pentateukh).
            Pentateukh juga diindikasikan sebagai Torah karena berjanra hukum, perintah, peraturan dan petunjuk yang diintruksikan Tuhan melalui Musa kepada umat Israel. Kata Torah berasal dari akar kata 'yarah', artinya 'mengarah atau membidik ke arah' yang tepat. Seluruh Pentateukh ditulis oleh Musa. Kecuali mungkin bagian terakhir kitab Ulangan yang mengisahkan kematian Musa.   
            Pentateukh merupakan basis seluruh penjelasan akan kedatangan Mesias yang diurapi Allah dan diutus di kalangan bangsa Israel. Sebagai umat pilihan Allah, Israel boleh dikatakan: "Penjaga Perjanjian Lama, sebagai penerima perjanjian dan sebagai kanal Mesias (The Channel of Messiah, Rm. 3:2; 9:1-5).
Intisari Kitab Pentateukh, yaitu:
KEJADIAN
Permulaan
Pemilihan Bangsa
KELUARAN
Penebusan
Penebusan Bangsa
IMAMAT
Kekudusan
Pengudusan Bangsa
BILANGAN
Pengembaraan
Pengarahan Bangsa
ULANGAN
Pengulangan
Pengajaran Bangsa


Kepenulisan Kitab Taurat
            Untuk menentukan siapa penulis kitab Pentateukh, beberapa ahli memiliki pandangan yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan penulisnya adalah Musa, namun ahli lain menyangkal pandangan tersebut. Menurut mereka, bahwa sesuai dengan sumber-sumber naskah dan penemuan-penemuan arkeologi, Musa tidak ada sangkut pautnya dengan kitab-kitab Pentateukh. 
            Perbedaan ini terjadi karena kitab Pentateukh itu bersifat anonim. Di mana penulis kitab tidak menyebutkan nama dalam kitab yang ditulisnya. Walaupun demikian pembacaan yang teliti terhadap Perjanjian Lama memberi kesan kuat bahwa Pentateukh ditulis oleh Musa yang merupakan tokoh utama dan pemimpin bangsa Israel selama hampir seluruh periode itu.

Penulis Pentateukh: Musa
Berabad-abad lamanya orang Yahudi maupun Kristen tanpa ragu-ragu menerima tradisi bahwa Musa adalah penulis kitab Pentateukh. Tokoh-tokohnya, yaitu: Filo, Yosefus dan lain-lain. Tetapi mulai abad ke-17 muncul perbedaan pendapat serius tentang penulis kitab Pentateukh. Walaupun begitu dibandingkan dengan tokoh lain di Alkitab Musa lebih memiliki kualifikasi sebagai penulis kitab Pentateukh. Alasannya:
1.     Berkaitan dengan riwayat Musa. Di mana Musa yang dididik dalam istana di Mesir, memungkinkan dia untuk bisa membaca maupun menulis.
2.     Namun Musa tidak selamanya di istana Mesir, sebab akhirnya ia lari dari istana karena membela orang Ibrani. Dalam pelariannya, ia tinggal di Median selama 40 tahun. Median terletak di padang gurun Sinai. Pengalaman ini mempersiapkan Musa menjadi pemimpin Israel yang akan melintasi gurun itu untuk pergi ke Kanaan.
3.     Berhubungan dengan peranan Musa sebagai pemimpin politik dan keagamaan Israel, Musa merupakan tokoh kunci di Sinai dalam pembentukan bangsa Israel sebagai umat kepunyaan Allah.
Dari kualifikasi itu, para ahli setuju bahwa Musa penulis kitab Pentateukh.
            Sedangkan bukti lain yang menjelaskan Musa sebagai penulis kitab Pentateukh adalah:
1.     Dari dalam Pentateukh. Di mana sejumlah ayat di dalam Pentateukh menyatakan bahwa Musa menulis sekurang-kurangnya sebagian dari kitab Pentateukh. Dalam Keluaran 17:14, Tuhan menyuruh Musa menulis suatu laporan tentang pertempuran melawan orang Amalek. Di gurun Sinai, Musa menulis suatu perkataan dan hukum yang difirmankan Tuhan dan hukum itu dibacakan pada umat Israel (Kel. 24:4). Kitab Ulangan juga menekankan Musa yang menulis hukum Taurat (Ul. 31:24). Kitab Bilangan juga menunjukkan akan kepenulisan Musa khususnya tentang daftar tempat persinggahan yang tercatat dalam psl. 33. Dan hampir seluruh kitab Ulangan disajikan dalam bentuk beberapa amanat Musa kepada generasi baru Israel.
2.     Kitab-kitab lain dalam Perjanjian Lama. Kitab-kitab dalam PL yang lainnya sering merujuk pada Pentateukh dan hampir selalu menyebut Musa dalam konteks itu juga. Mis: pada upacara pembaharuan perjanjian di gunung Ebal, Yosua membangun "suatu mesbah dari batu-batu yang tidak dipahat menurut apa yang tertulis di dalam kitab hukum Musa" (Yos. 8:31). Pada zaman Ezra dan Nehemia, Pentateukh selalu dihuungkan dengan Musa (Ezr. 6:18; Neh. 13:1).
3.     Dalam Perjanjian Baru. Di mana dalam kitab Injil, Pentateukh selalu dikaitkan dengan Musa. Mis: rujukan tentang "hukum Musa dan kitab Musa" (bnd. Mrk. 12:26). Surat-surat Paulus juga sering menjelaskan akan hal yang sama. Mis: Paulus berkata bahwa "Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat", lalu dilanjutkan dengan mengutip Im. 18:5 (Rm. 10:5).

Sumber-sumber Bahan Pentateukh
            Banyak ahli menanyakan asal bahan-bahan yang digunakan Musa untuk menulis Pentateukh. Apakah Musa mendapatkannya dari tradisi lisan atau dari sumber lain. Pada tahun 1936, D. J. Wiseman mengemukakan bahwa kunci untuk memahami sumber-sumber penulisan kitab Kejadian terletak pada bahasa Ibrani "teledot" yang diterjemahkan "riwayat" atau "catatan" atau "generasi" yang membagi  kitab Kejadian ke dalam sepuluh bagian. Di mana setiap bagian ditulis dalam satu lempengan. Catatan riwayat yang ada dalam lempengan itu sebagai penunjuk mengenai urutan cerita dari setiap lempengan yang ada. Dari lempengan-lempengan inilah Musa mendapat informasi untuk menulis kitab Kejadian. Namun banyak ahli menyangkal teori ini. 
            Kemungkinan sumber lain adalah Kitab Peperangan Tuhan (Bil. 21:14). Namun, ada juga yang menjelaskan bahwa Musa kemungkinan menggunakan catatan yang tertulis sebelumnya atau dokumen-dokumen asing yang ada saat itu.

Pandangan-Pandangan Alternatif Mengenai
Pembentukan Pentateukh
            Para sarjana umumnya percaya Musa sebagai penulis kitab Pentateukh. Namun beberapa sarjana lain menolak pandangan tersebut. Di mana dengan teori-teori yang rumit mereka menyangkal Musa sebagai penulis Pentateukh. Di bawah ini dijelaskan perkembangan teori-teori sesuai dengan survei sejarah:
1.     Periode masa awal dan abad pertengahan.
Waktu kitab Perjanjian Baru sedang dirampungkan, penulis Yahudi yaitu Filo dan Yosefus mengakui Musa sebagai penulis Pentateukh. Meskipun begitu ada beberapa orang yang menyangkal pendapat itu yaitu Valentinus, Epifanius dan lain-lain.
Sekitar th. 994 M, Ibn Hazan dari Kordova mengakui Ezra sebagai penulis Pentateukh tetapi Sarjana Spanyol Ibn Ezra (1092-1167 M) mendukung kepenulisan Musa.  
2.     Masa Reformasi dan Renaisans
Namun pada zaman "pencerahan" abad ke-17 yang merupakan "arus lanjut" dari spirit "renaisance" (kelahiran kembali) pada abad-abad sebelumnya, yang merupakan era "kebebasan rasio", maka seluruh keyakinan dan doktrin Alkitab mulai dipertanyakan ulang kebenarannya. Termasuk keyakinan terhadap pengarang dan penulis Taurat. Jean Astruc (1753) seorang Media telah mengutarakan suatu gagasan yang sangat berani menyangkut penulisan kitab Pentateukh. Ia membagi Kejadian 1 dan 2 sebagai naskah yang dikarang oleh sumber E (Eloah) dan sumber Y (Yahweh). Pandangan ini didasari atas pengamatan nats bahwa Kejadian 1 penulis selalu memakai nama Elohim untuk menyebut Tuhan dan Kejadian 2 dikarang oleh sumber (Yahweh).
Teori pendekatan ini berakibat luar biasa terhadap kemajuan kritik teks (dalam hal ini yang dimaksud adalah Higher chriticsm) dan pemikiran Astruc dilanjutkan dengan lebih radikal oleh tokoh-tokoh teori sumber lain, yaitu: Dewette, Hupfeld, Graf, dan Julius Welhausen dengan menggolongkan kitab Pentateukh ke dalam empat sumber pengarang, yaitu: Y (Yahweh), E (Elohist), D (Deuteronomist), dan P (Priestcodex). Akibat dari teori ini adalah eksistensi kitab Taurat sebagai firman Allah yang diilhamkan diragukan sehingga banyak ahli (penganut teori sumber) semakin kehilangan pandangan kitab Pentateukh sebagai kesatuan kitab PL, yang juga berakibat keindahan berita kitab Pentateukh tidak lagi dapat dilihat.
      Teori sumber tidak dapat diterima dengan alasan bahwa teori tersebut didasarkan praduga, dimana praduga tersebut dilatar-belakangi oleh sikap kritis yang menolak pandangan "lama" yang meyakini Alkitab adalah firman Allah. Demikian juga banyak ahli menerima teori tersebut secara mutlak dan tidak disertai sikap kritis. Pandangan teori sumber secara langsung bertentangan dengan pandangan Tuhan Yesus sendiri terhadap kitab Pentateukh (bnd. Luk. 24:44; 17:29).  
Berdasarkan keyakinan bahwa kitab Pentateukh adalah firman Allah yang diilhamkan dan ditulis oleh Musa, maka ada 2 sikap penting dalam mendekati kitab Pentateukh, yaitu:
·         Mempelajari kitab Pentateukh dengan teliti dengan memperhatikan secara rinci unsur-unsur sejarahnya serta kesinambungan ajarannya.
·         Mempelajari kitab Pentateukh tidak seperti buku biasa yakni sikap kerelaan untuk mendengar, merenungkan kehendak Allah di dalamnya serta melakukan tiap-tiap hari penuh kerajinan dan penuh kerinduan.

0 komentar:

Post a Comment