www.96five.com
BAGIAN II
ANALISA BENTUK
Oleh Nita Harefa
Analisa
Bentuk
Analisa bentuk merupakan suatu
metode untuk mengenal jenis bentuk dari teks yang akan di teliti. Dalam menganalisa teks, penting juga untuk
menafsirkan teks dengan mengerti jenis sastranya[1]. Manfaat dari bagian ini adalah untuk mengenal
secara mendalam jenis dari pada kitab Hosea ini, dan juga memperhatikan setting
life atau latar belakang dari penulisan kitab Hosea 4:14.
Analisa bentuk dari rangkaian puisi teks Hosea 4:14
mencakup dua hal yaitu genre atau tipe-tipe literatur dan setting life sebagai
berikut;
Genre
Genre memiliki makna atau arti
yang merujuk kepada bagaiman teks tersebut berbicara. Austin Waren mengatakan bahwa “genre harus dipahami sebagai
suatu pengelompokkan karya-karya sastra yang secara teoretis didasarkan pada
bentuk luar (metra [metre]atau struktur
yang spesifik) dan juga pada bentuk dalam (sikap, nada, tujuan, subyek dan
pendengar).[2] Genre berfungsi sebagai penghubung antara
teks dengan pembaca.[3]
Bentuk genre dalam teks Hosea 4:14
ialah “Puisi”. Hal ini terbukti dari
pola-pola puisi yang ditemukan dari struktur rangkaian puisi teks Hosea 4:14..
Pertama, Hosea 4:1-2 merupakan bentuk “puisi tunduhan dan
dosa-dosa Israel” yang mana ketika
bangsa Israel menolak pengenalan akan Allah dan melakukan apa yang jahat di
mata Allah. Misalnya;
Dengarkanlah
perkataan Allah putera-putera Israel
sebab
perkara kepada Allah dengan penduduk itu
karena
tidak ada kesetiaan dan tidak ada kebaikan
dan
tidak ada pengetahuan TUHAN di bumi itu”.
Bersumpah dan menipu dan membunuh dan
mencuri dan berzinah,
mereka telah
terus-menerus melakukan penumpahan darah.
Dalam teks diatas merupakan teks puisi yang memiliki gaya bahasa yang digunakan
ialah Anabasis. Anabasis
adalah penulisan atau ucapan yang meningkat setahap demi setahap atau
peningkatan penekanan dan makna. Contoh
lain menggunakan Anabasis, sebagai berikut;
sebab
tidak ada kesetiaan dan tidak ada kasih,
dan tidak ada pengenalan akan Allah di negeri ini. (ayat 1)
Peningkatan penekanan ayat 1-2 menjelaskan tingkat
kejahatan Israel yang begitu besar kepada Allah. Israel tidak hanya berpaling dari Allah,
namun Israel juga tidak memiliki kasih terhadap dan sesamanya.
Kedua, Hosea 4:3-11 dan ayat 19 merupakan bentuk “puisi
penghukuman” yang mana ketika Allah murka terhadap dosa-dosa bangsa
Israel. Misalnya;
Umat-Ku binasa karena tidak
mengenal Allah; karena engkaulah yang menolak pengenalan itu
maka Aku menolak engkau menjadi
imam-Ku;
dan karena engkau melupakan
pengajaran Allahmu,
maka Aku juga akan melupakan
anak-anakmu. (Hos 4:6)
Dalam bagian teks puisi diatas, ini juga memiliki pola paralelisme sinonimi
ditemukan dalam kata Karena engkau
menolak pengenalan itu/Maka Aku akan menolak engkau menjadi imam-Ku dan engkau
melupakan penganjaran Allahmu/Maka aku juga melupakan anak-anakmu. Namun pernyataan diatas disebut paralelisme
sinonimi tidak lengkap, karena bagian kedua baris lebih panjang daripada bagian
yang sejajar dalam baris pertama.
Ketiga, Hosea 4:12-13 dan 15-18 merupakan bentuk “puisi dosa-dosa
Israel” yang mana mengungkapkan kejahatan dan dosa-dosa bangsa Israel di
hadapan Allah. Misalnya;
Mereka mempersembahkan korban di puncak
gunung-gunung
dan membakar korban di atas
bukit-bukit, di bawah pohon besar dan pohon hawar dan pohon rimbun, sebab
naungannya baik.
Itulah sebabnya anak-anakmu perempuan berzinah
dan menantu-menantumu perempuan
bersundal. (Hos 4:13).
Dalam bagian
teks puisi diatas, ini juga memiliki pola paralelisme sinonimi
terdapat pada baris pertama, kedua, kelima dan keenam yaitu kata
mempersembahkan/membakar,gunung-gunung/bukit-bukit,danberzinah/bersundal yang
memiliki artinya sama. Pada baris ketiga
dan keempat tidak terdapat paralelisme sinonimi, namun merupakan paralelisme
antitesis. Paralelisme Antitesis
merupakan suatu pola yang membalikkan penekanan dari yang lainnya, dimana bukan
membangun atau menambah suatu ide tetapi baris ketiga dan keempat ini
dikontraskan dengan baris pertama dan kedua[4]. Akan tetapi, itu tetap membentuk paralelisme
karena baris ketiga dan keempat menyatakan kembali ide yang pertama dengan
bentuk penegasaan. Maka sangat jelas
bahwa Israel menyembah kepada dewa-dewa dan meninggalkan Allah.
Keempat, Hosea 4:14 merupakan bentuk “puisi penghukuman” yang
mana mengungkap secara mendalam penghukuman Allah terhadap bangsa Israel. Adapun struktur puisi dan tipe-tipe
paralelisme yang terdapat pada teks Hosea 4:14 yaitu sinonimi dan varian
penyeimbang sebagai berikut;
Aku tidak akan mengunjungi,
anak-anak perempuanmu/sekalipun mereka berzinah,
atau menantu-menantumu
perempuan/sekalipun mereka bersundal;
sebab mereka sendiri mengasingkan diri
bersama-sama/dengan perempuan-perempuan sundal
dan mempersembahkan korban bersama-sama/dengan sundal-sundal bakti/dan
umat yang tidak berpengertian akan runtuh[5].
Empat baris pertama lebih mungkin memperlihatkan suatu tipe paralelisme
sinonimi, karena anak-anak perempuanmu/menantu-menantumu dan berzinah/bersundal
dan mengasingkan diri/mempersembahkan korban dan perempuan-perempuan
sundal/sundal-sundal bakti memiliki makna yang sama. Paralelisme sinonimi terjadi ketika baris
kedua mengulang yang pertama[6]. Namun baris kedua, (mengasingkan
diri/mempersembahkankan korban dan perempuan sundal/sundal-sundal bakti)
merupakan paralelisme sinonimi tetapi frasa terakhir (dan umat yang tidak
berpengertian akan runtuh) merupakan varian penyeimbang (ballast variant).
Baris kedua bukan saja paralelisme sinonimi tetapi
juga terdapat varian penyeimbang. Varian
penyimbang ini terjadi ketika baris kedua menganti elemen yang hilang dengan
menambahkan suatu pemikiran lanjutan[7]. Melalui struktur paralelisme pengulangan kata
dan frasa dalam teks Hosea 4:14 menjelaskan tentang penghukuman Allah terhadap
bangsa Israel.
Dalam terjemahan LAI kata לֹֽא־אֶפְק֙וֹד diterjemahkan “Aku tidak akan menghukum”. Penulis mempertimbangan terjemahan yang tepat
untuk digunakan dalam konteks teks Hosea 4:14, dimana penulis lebih setuju
menerjemahkan frasa לֹֽא־אֶפְק֙וֹד terdiri dari kata kerja aktif
imperatif orang pertama tunggal yang berarti “Aku tidak akan mengunjungi”. Frasa “Aku tidak akan mengunjungi” merupakan
ungkapan yang mendalam tentang penghukuman Allah terhadap dosa-dosa bangsa
Israel. Namun tidak berarti terjemahan
LAI tidak tepat, frasa “Aku tidak akan menghukum” ini sangatlah lemah, jika
dikaitkan tentang penghukuman Allah terhadap dosa-dosa Israel. Dalam hal ini, penulis sangat netral terhadap
terjemahan yang telah ada, namun penulis memilih frasa לֹֽא־אֶפְק֙וֹד yang berarti Aku tidak akan mengunjungi sesuai dengan konteks
penghukuman Allah dari teks Hosea 4:14.
Setting
Life
Setting Life merupakan bagian
atau unsur kedua dari analisa kata.
Dengan mengetahui setting life maka akan menjadi penentu yang
menghasilkan dan mempertahankan sebuah genre.
Teks
Hosea 4:14 merupakan catatan penting tentang latar belakang, dimana Allah
menghukum bangsa Israel dalam pembuangan Asyur. Naskah bahasa aslinya merupakan naskah yang
paling jelek tersimpan dalam perjanjian lama, sehingga banyak kesulitan untuk
menerjemahkan teks dari kitab Hosea tersebut.
Kitab Hosea ini sangat sulit untuk di tafsirkan, namun amanat pesan dari
kitab Hosea ini sangat jelas, bahwa Allah memulihkan hubungannya terhadap
umatNya dengan memberi penghukuman[8].
Berkenaan dengan penulis dari kitab Hosea, menurut
Alkitab, kitab ini ditulis oleh Hosea.
Keterangan yang paling menonjol yang membuktikan Hosea sebagai penulis
adalah 1:1. Kitab Hosea memiliki 14 bab
yang berisikan tentang gambaran bangsa Israel dan hubungan Allah dengan bangsa
Israel[9]. Kitab Hosea ini merupakan kitab pertama dari
kedua belas kitab nabi-nabi kecil yang menekankan tentang kasih Allah terhadap umatNya
berdosa dan kasih Allah hanya di gambarkan pada pasal 1-3, sebaliknya kitab
Hosea merupakan kitab yang berisikan seruan penghukuman bagi Israel.
Hosea merupakan nabi di kerajaan utara, Hosea
bernubuat pada waktu yang sama dengan Amos. Hosea melihat bangsa israel percaya
akan Allah yang sudah bertindak dalam sejarah:
Allah Abraham, Ishak dan yakub yang membawa mereka keluar dari
perhambaan[10]. Ini merupakan fenomena yang cukup menarik
karena Nabi Hosea kemungkinan besar adalah satu satunya nabi Allah yang diutus
untuk melayani pada kerajaan utara, tetapi tulisannya dipelihara oleh
orang-orang dari daerah selatan (bangsa Yehuda)[11].
Pandangan tradisional mengarah pada
Hosea sebagai penulis kitab ini. Beberapa petunjuk dalam teks tampak memberi
dukungan historis yang cukup bahwa penulisnya adalah orang Israel. Ia menyebut
raja Samaria sebagai “raja kita” (7:5).
Kerajaan Yehuda hanya disebut beberapa kali saja. Tata bahasa Ibrani
yang dipakai menunjukkan pengaruh dialek bahasa Aram di daerah utara yang dekat
dengan Siria. Hosea sendiri berasal dari keluarga yang terpandang, yang
disiratkan melalui penyebutan nama ayahnya (1:1)[12].
Hosea melayani pada saat kerajaan utara akan dihukum oleh Tuhan (1:4).
Dari sisi waktu ia sangat dekat dengan Amos (1:1). Lebih tepatnya, Hosea melayani pada zaman
Raja Yerobeam II (793-753 SM, bdk. 2Raj 14:23-29). Para teolog liberal pun dalam hal ini
mengakui bahwa Hosea memiliki peranan penting dalam penulisan kitab ini. Mereka hanya mempersoalkan dua bagian teks
yang dianggap tidak mungkin berasal dari Hosea sendiri. Pertama, teks-teks yang
menyinggung tentang Yehuda (1:1, 7; 2:2; 4:15; 5:5, 10, 12, 13, 14; 6:4, 11;
8:14; 10:11; 11:12; 12:2). Dalam teks Hosea 4:14 ini juga memberikan suatu ungkapan yang
mendalam tentang penghukuman terhadap bangsa Israel.
[1]Doglas
Stuart, Eksegese Perjanjian Lama,
(Malang: Gandum Mas, 1997), 147
[2]Grant
R. Osborne, Spiral Hermeneutika,
Pengantar Komprehensif Bagi Penafsiran Alkitab (Surabaya: Momentum, 2012),
207
[3]Ibid,
208
[4]Jan
Fokkelman, Menemukan Makna Puisi Alkitab,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 73
[5]Frasa
ini merupakan varian penyimbang.
Varian penyeimbang ini terjadi ketika baris
kedua menganti elemen yang hilang dengan menambahkan suatu pemikiran lanjutan
.
[6]Ibid
264
[7] Ibid
268
[8]Darmawijaya,
Warta Nabi Abad VIII, (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), 69
[9]D.
Noel Freedman, Kamus Alkitab, (Grand
Rapids: Michigan, 2010), 10
[10]
Etienne Charpentier, Perjanjian Lama,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 61
[11]Bernhard
W. Anderson, Hosea, (Michigan: Grand
Rapids, 1954), 291
0 komentar:
Post a Comment