3:10 AM
0
prec.or.id

            Nama kitab pertama Kitab Taurat dalam kontek Yahudi disebut beresyith, diartikan "pada mulanya" dalam Talmud juga dikenal dengan sebutan "Kitab Penjadian Dunia". Septuagianta menerjemahkan dengan kata genesos yang diambil dari Kejadian 2:4: "Demikian riwayat langit dan bumi ..." 
Historisitas (keabsahan sejarah) dari kitab Kejadian nampak jelas dari bentuk sastra kitab Kejadian yang banyak menuliskan asal-usul (dalam bahasa Ibrani disebut teledot). Kata ini bisa diartikan "keturunan, generasi, riwayat", muncul sebanyak 10 kali (2:4; 5:1; 6:9; 10:1; 11:11, 27; 25:12, 19; 36:1; 37:2) dimana bentuk sastra ini sudah biasa dipakai dalam riwayat keluarga-keluarga di Mesopotamia. 

Permulaan Sistem Tatanan Dunia dan
Seisinya (psl. 1:1-25).
Kej. 1:1 merupakan deklarasi Allah sebagai Pencipta alam semesta. Alkitab tanpa ragu memberikan kepastian mengenai asal-usul alam semesta dan seisinya dengan menunjuk Allah (Yahwe) sebagai penyebab utama (causa prima) terjadinya alam semsta.
Kalimat "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi" (Kej. 1:1) dalam transliterasi bahasa Ibrani nampak sebagai berikut:
1.     "Pada mulanya". Kata ini terletak pada bagian awal kalimat merupakan ekspresi kalimat yang sangat penting/ menjadi tekanan adanya pandangan terhadap dunia yang berpusat kepada Allah (Theo-centric Hebraistic idea of the world). Secara teologis nampak adanya keterkaitan antara PL dan PB dimana kitab Kejadian 1:1 mencatat Allah sebagai Pencipta dan Mat 1:1 menjadi awal dari kisah penciptaan kembali oleh Allah yang sama di dalam dan melalui Tuhan Yesus Kristus (Yesus - Y'shua artinya 'Allah Penyelamat).
2.     Menciptakan. Walaupun secara tegas sulit dibuktikan namun demikian, ada petunjuk dalam Kejadian 1:1 bahwa kata bara mengartikan aktivitas Allah mencipta dari kuasa firman-Nya, yang dibedakan dengan kata 'asah' untuk menunjuk kegiatan manusia membuat sesuatu dari bahan yang ada. John Skinner menafsirkan kata bara mengandung empat ide penting dalam peristiwa penciptaan, yakni:
a.     Penciptaan adalah aktivitas Ilahi
b.     Penciptaan adalah sumber dari ide yang luar biasa dan ajaib.
c.     Penciptaan terwujud dengan sangat mudah (segi superioritas intelegensia Allah).
d.     Creatio Ex Nihilo, artinya: "penciptaan dari ketiadaan", sehingga dalam pandangan orang Ibrani terdapat beberapa kebenaran, yaitu:
·         Allah adalah Mahatinggi di seluruh muka bumi
·         Dunia menjadi berarti apabila dikaitkan dengan Allah sebagai Penciptanya.
·         Seluruh potensi dan kebenaran dunia hanya diperuntukkan bagi kemuliaan Allah.
·         Tidak ada spekulasi adanya Allah, bahwa keyakinan terhadap eksistensi merupakan kebenaran yang objektif. Allah dengan aktif berintervensi dalam sejarah manusia dari awal sampai akhir (Yes. 41:4; Ayub 38:4).
Perlu ditekankan bahwa Kej. 1:1 merupakan kalimat yang berdiri sendiri (tidak bergantung pada ayat 2) adalah sekaligus merupakan merupakan pernyataan / penegasan tentang fakta penciptaan ilahi alam semesta. Hal ini juga sekaligus menjadi landasan dasar mengenai keyakinan terhadap Allah sebagai pencipta yang akan dinyatakan di seluruh Alkitab. Sedangkan Kejadian 1:2 dst, dimengerti sebagai paparan dari detail penciptaan oleh firman Allah. Pasal 3 menyatakan penciptaan keteraturan oleh firman Allah di tengah-tengah kekacauan.
3.      Penafsiran mengenai pengertian "hari" dalam ayat 3. Secara umum kata "hari" dari bahasa Ibrani yom dapat dipahami dalam 5 cara / penafsiran, yaitu:
a.     "Yom" dipahami secara literal, yakni 24 jam. Hal ini agak sulit diterima mengingat matahari yang merupakan dasar sistem perhitungan 24 jam baru diciptakan pada hari ke-3 (Kej. 1:14).
b.     "Yom" dipahami sebagai pengertian apokaliptik, dimana Musa mengalami visi yang bersifat penyataan, namun hal ini Alkitab tidak memberi indikasi sama sekali.
c.     "Yom" dipahami sebagai batasan (zaman) geologis.
d.     "Yom" dipahami dengan melihat pemakaian perbandingan seperti terdapat dalam pasal 1:5, dimana Yom merupakan lawan dari keelapan dan "yom" diartikan "zaman".     
e.     "Yom" dipahami sebagai saat atau monumen
4.     Pengertian nama Allah  elohim dalam bentuk plural. Nama Allah "Eloah" merupakan bentuk jamak (perhatikan akhiran 'im') dari bentuk tunggal "Eloah", hal ini sama sekali tidak menunjuk pada konsep ilah yang banyak, seperti konsep politheisme, namun kata tersebut memberi pengertian 'jamak keagungan' untuk menggambarkan Allah yang di dalam diri-Nya terdapat rahasia yang sangat besar (agung).

Asal-usul Manusia (psl. 1:26-psl. 2).
Bagian ini membahas tentang roses keeradaan manusia, khususnya tentang asal-usul manusia.
1.     Penciptaan manusia. Kejadian 1:26 merupakan laporan paling jelas mengenai asal-usul manusia. Tidak ada keraguan sama sekali dalam pengajaran PL bahwa Allah sebagai pencipta telah mengambil inisiatif untuk menciptakan manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya di samping ciptaan lainnya, "Baiklah kita menjadikan manusia ..." (Kej. 1:26). Ada keistimewaan yang menarik sekaligus mendasar dari penciptaan manusia dibanding penciptaan yang lain, bahwa manusia diciptakan Allah dengan beberapa keistimewaan, yaitu:
a.     Diciptakan menurut "gambar dan rupa" Allah (Kej. 1:26). Diciptakan menurut gambar dan rupa Allah memiliki pemahaman dan implikasi yang penting. Kata Ibrani 'tselem yang diartikan 'gambar / image', serta demut yang biasa diartikan 'mirip / model' secara prinsip tidak perlu dibedakan dimana kedua kata tersebut menggaris bawahi keistimewaan manusia dalam penciptaan bahwa ia memiliki kemuliaan, kehormatan, derajat yang lebih tinggi (potensi untuk mendominasi kahluk lain) yang berasal dari Allah. Selain itu, kata tersebut lebih menunjuk bukan terutama pada bentuk / form fisik manusia yang berasal dari tanah, melainkan menunjuk pada keberadaan rohani, intelektual, moral yang mirip dengan Allah yang diberikan dengan menghembuskan napas hidup dari Allah.
b.     Diciptakan dengan potensi pengelola ciptaan yang lain. Keistimewaan ini hanya dimiliki oleh manusia bahwa Allah memperlengkapinya dengan kemampuan sebagai representasi Allah dalam mengelola, memelihara dan mengatur ciptaan lain. Kej. 1:28 merupakan dasar mandat kebudayaan. Kata 'taklukkanlah' (kabas), manusia bukan hanya punya hak untuk menguasai alam melainkan juga tanggung jawab untuk memikirkan, mengerjakan, mengusahakan, mengelola, serta melestarikannya.
c.     Diciptakan memiliki hubungan dengan alam. Ada kaitan dengan poin di atas penjadian manusia dari tanah dimana hal ini nyata dari arti nama manusia pertama, yakni 'adam' dari kata 'adamah', artinya 'tanah', kondisi sebelum kejatuhan manusia memungkinkan manusia memiliki hubungan yang harmonis dengan tanah, kesukaan bekerja mengelola tanah. Kondisi ini akan segera berubah setelah kejatuhan, dikatakan bahwa kutuk manusia juga langsung menjadi kutuk tanah di mana ia berada (Ul. 24:4; Kej. 3:17).
d.     Diciptakan memiliki solidaritas / kebutuhan sosial. Dalam Kejadian 2:18, nampak jelas bahwa bahwa kebutuhan manusia akan kehidupan sosialnya bukan hanya datang dari pihak manusia sendiri melainkan juga selaras dengan Allah sendiri. Prinsip pernikahan dan perintah untuk mendatangkan keturunan merupakan ajaran prinsip dalam kitab Kejadian. Pernikahan merupakan wujud tersederhana dalam hidup sosial manusia. Secara natur Allah menetapkan manusia untuk hidup berdampingan dengan sesamanya. Ajaran dasar yang sekaligus menjadi "modal utama" hidup bersosial adalah pandangan manusia terhadap pribadi manusia yang lain. Firman Allah menempatkan wanita (yang sekaligus juga representasi manusia pada umumnya) dalam konteks ini Hawa adalah pribadi yang betul-betul sepadan / seimbang dengan Adam. Hal ini terutama menunjuk pada hakekat kemanusiaannya (quite equal as a human being).
e.     Diciptakan dengan kemampuan untuk bersekutu dengan Allah. Satu kenyataan hidup yang sangat mendasar dari penciptaan manusia adalah posisinya sebagai makhluk yang memiliki kebebasan hidup dalam hubungannya dengan 'perjanjian penciptaan', yakni kebebasan manusia dalam hubungan yang harmonis dengan pencipta-Nya. Dalam Kejadian 2:15, nampak konsep Alkitab mengenai kebahagiaan dan kebebasan hidup manusia yang sejati yakni sebagai wakil Allah dalam bekerja dan melaksanakan mandat Allah untuk beribadah  kepada-Nya dan mengelola alam semesta. Kebebasan sejati manusia adalah respon positifnya terhadap hakekatnya sebagai ciptaan yang harus taat kepada Penciptanya (Covenant of Creation). Hal itu nampak dalam penegasan Allah sebagai peringatan bahwa apabila manusia melanggar perintah Allah, ia akan mati (Kej. 2:16-17). Sepanjang manusia menaati 'perjanjian penciptaan' ini maka manusia memiliki kebebasan hidup yang sejati yakni persekutuan dengan Allah tanpa batas. Dalam hal ini rupanya manusia telah memilih untuk melanggar perjanjian penciptaan dan menentukan sikap untuk memberontak kepada Allah. "Pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat" dalam Kejadian 2:17 diartikan sikap untuk menyamai Allah (Pencipta) untuk menjadi sebagaimana Allah sendiri. Hal ini merupakan sikap memberontak terhadap Allah dan pelanggaran terhadap "Covenant of Creation".    
2.     Penetapan Sabath.
Penetapan sabath pada hari ketujuh dalam perjanjian penciptaan sangat penting. Kata shabbat yang memiliki arti dasar 'istirahat' sehingga sabat diartikan hari dimana marupakan perhentian dari minggu kerja. Dalam konteks penciptaan sabath merupakan satu hari perhentian yang ditetapkan oleh Allah sendiri sebagai hari dimana Allah 'berhenti' dari pekerjaan penciptaan fisik/materi. Namun sabath bukanlah diartikan sebagai waktu dimana Allah pasif, sebab:
a.     Sabath bagi Allah adalah hari penciptaan non-fisik, yakni prinsip sabat, dimana hari tersebut dimaksud sebagai hari penyempurnaan segala ciptaan.
b.     Sabath adalah hari pengudusan dan berkat. Allah terus bekerja dengan menjadikan sabath sebagai hari pemberkatan Allah atas semua ciptaan-Nya.
c.     Sabath sebagai waktu atau kesempatan dimana ciptaan dapat mempersembahkan ibadah dan mengagungkan kemuliaan Allah, Sang Pencipta.
d.     Dalam arti mesianis, akhirnya sabat harus dipelihara sebagai hari pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir (Ul. 5:12). Sabath juga merupakan hari pembebasan dimana pekerja, budak-budak dan binatang diberi waktu berhenti dari pekerjaannya dan menikmati sabath sebagai hari perhentian.
Akhirnya dalam PB, sabath merupakan hari kemenangan Tuhan Yesus Kristus dari kematian (hari kebangkitan). Dalam kehidupan bangsa Israel, sabath merupakan hari yang sangat berarti bahkan menjadi salah satu ibadah yang sakral yang harus ditaati. Pemeliharaan sabbath sebagai hari perhentian juga menegaskan kehidupan bangsa Israel sebagai umat yang mengakui kedaulatan Allah sebagai pencipta dan penyebab terjadinya alam semesta, yang kepada-Nya manusia harus tunduk dan mengembalikan segala hormat dan ibadah. Pelanggaran terhadap sabbath bagi bangsa Israel merupakan pelanggaran yang berat dimana pelanggaran tersebut akan mendatangkan hukuman. Sabbat juga membawa kepada implikasi etis dalam kehidupan bangsa Israel bahwa pada setiap tahun sabbath pemilik ladang dan kebun membiarkan kebunnya untuk dinikmati orang miskin. Demikian juga pada tahun sabbath segala hutang dihapuskan (Ul. 15:1-3).

Permulaan Dosa (psl. 3:1-7)
            Beberapa catatan penting perihal kejatuhan manusia adalah sebagai berikut:
1.     Peristiwa kejatuhan manusia ke dalam dosa bersifat sejarah, dan bukan hanya mitos (bnd. Rm. 5:12).
2.     Dosa dalam hal ini diartikan pemberontakan manusia terhadap Allah dimana kata Ibrani "maen" dalam ayat tersebut diartikan "menolak untuk menaati".
3.     Kejatuhan manusia harus dipahami kerusakan/kejatuhan manusia secra total (total depravity), dimana secara rohani manusia terpisah dengan Tuhan Allah sebagai sumber terangnya, dan secara jasmani mengalami kemerosotan dan kematian fisik (Kej. 3:19, 21, 24).
Bukti dari keabsahan sejarah kejatuhan juga nampak dalam kenyataan kutuk Allah, yakni: ular harus berjalan dengan perutnya, perempuan mengalami kesakitan waktu melahirkan (Kej. 1:26) dan laki-laki mengalami penderitaan dan kesukaran dalam pekerjaannya dan akhirnya kematian (Kej. 1:17-19).

Permulaan "Perjanjian Penebusan"
(Covenant of Redemption, Kej. 3).
Kebenaran yang terkandung dalam Kej. 3, yakni usaha penyelamatan Allah kepada manusia yang telah jatuh dalam dosa sangat penting untuk dipalajari. Dalam pasal ini tersirat dua tindakan Allah yang merupakan dasar konsep keselamatan dalam Alkitab:
1.     Konsep Misio Dei. Dalam Kej. 3:9 nampak jelas akan prakarsa Allah untuk mencari manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Misi, yakni kerinduan untuk mencapai orang-orang yang tersesat pada mulanya bersumber dari hati Allah sendiri. Dengan kasih-Nya Allah berinisiatif mencari manusia dan berusaha untuk memulihkan hubungan yang telah terputus karena dosa.
2.     Proto Evangelium. Istilah Proto Evangelium (dapat diartikan 'awal berita penyelamatan') nampak dalam janji karya penyelamatan Allah terhadap manusia yang jatuh dalam dosa. Dalam Kej. 3:6 inilah terdapat harapan keselamatan dan pemulihan kembali "gambar dan rupa Allah" dalam diri manusia yang sudah rusak oleh dosa. Harapan akan penaklukan kuasa dosa yang telah berada dalam hidup manusia oleh keturunan perempuan merupakan berita sukacita dimana akan ada suatu masa Allah menghancurkan kuasa dosa. Kebenaran akan berita itu terdapat dalam Kej. 3:15 "... keturunannya akan meremukkan kepalamu...".
            Inisiatif Allah untuk menutup tubuh manusia dengan kulit binatang (kej. 3:21) secara teologis memiliki arti yang sangat penting, bahwa dalam penyataan perkembangan tentang 'perjanjian penebusan' korban dan darah merupakan syarat mutlak perjanjian.        
Konsep "perjanjian dengan memotong korban" (karat berit) akan segera nampak dalam perkembangan selanjutnya bahwa perjanjian Allah dengan umat-Nya harus ditandai dengan memotong binatang kurban. Dalam perkembangan selanjutnya juga beberapa catatan penting mengenai konsep perjanjian, bahwa perjanjian Allah dengan manusia ini bersifat khusus / perjanjian tidak setaraf (suzerainity) yakni perjanjian yang didasari otoritas anugerah Allah dan inisiatif dari pihak Allah sendiri (monergisme) yang berbeda dengan perjanjian setaraf: antar manusia sederajat (parity).
Beberapa prinsip penting yang sekaligus menjadi nubuatan akan datangnya Mesias, bahwa penyelamatan Allah (evanglium) harus melalui pengantara yang ditetapkan oleh Allah sebagai berikut:
1.     Bersifat manusiawi: yakni keturunan perempuan.
2.     Bersifat ilahi: bukan dari keturunan Adam (laki-laki).     
Sampai Kej. 3, secara khusus menunjuk kepada tindakan dan janji penyelamatan Allah, maka akan nampak seluruh kebenaran Alkitab, dimana seluruh peristia Alkitab setelah Kej.3 merupakan penggenapan terhadap janji penyelamatan Allah. Hal tersebut secara sederhana nampak dalam bagan berikut:


Perjanjian
Penciptaan

Dosa

PERJANJIAN

PL: Tipologi

PENEBUSAN

PB: Penggenapan
sempurna
Kej. 1-2
Kej. 3
Kej. 4: Hingga pemilihan Patriakh dan pembentukan Israel.
(Sistem ibadah kurban binatang).
YESUS KRISTUS

(Kurban Anak Domba Allah).










Perkembangan Kejahatan Manusia
 (psl. 6:1-22)
Dalam pasal ini dosa yang telah terwariskan kepada keturunan Adam lebih nyata kuasanya dalam hidup manusia. Kata "manusia" dalam ayat 1 diterjemahkan dari kata Adam menunjuk kepada pengertian "kemanusiaannya/human being", yakni pengertian manusia secara umum dan bukan dalam pengertian perbedaan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Demikian juga kata "bumi" yang diambil dari kata adamah bukan menunjuk kepada pengertian geografis, melainkan menunjuk kepada hakekat manusia yang diciptakan oleh Allah dari tanah (theistic origin of man).
            Pasal 6:2 menyangkut istilah "anak-anak Allah" dan "anak-anak manusia" merupakan bagian yang sulit untuk ditafsirkan. Penafsiran yang nampak lebih mendukung kepada konteks perkembangan kejahatan manusia adalah rusaknya hubungan sosial (yang diartikan kehidupan seks) antara garis keturunan Zet sebagai garis keturunan orang percaya kepada Allah dan keturunan Kain sebagai garis keturunan yang tidak percaya kepada Allah.
            Studi eksegetis yang penting dalam konteks ayat ini menegaskan semakin berkembangnya kejahatan manusia adalah nampak dari kata "mengambil" dari bahasa Ibrani lahem yang diartikan 'untuk mereka sendiri'. Preposisi  (lamed) sesuai konteks harus artikan "untukku" menekankan perbuatan yang didorong oleh pemuasan diri sendiri.
Kej. 6:5 dalam kalimat "...bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata ..." maka sebagaimana dalam pemahaman doktrin kejatuhan manusia secara total yang dimaksud adalah keberdosaan manusia naik menyangkut intensitas (kecenderungan hatinya) maupun ekstensitasnya (tindakan/perbuatan dosa).
            Ayat 7 merupakan respon Allah terhadap dosa manusia dengan memutuskan untuk membinasakannya. Solidaritas manusia terhadap lingkungannya nampak di sini bahwa kutuk kepada manusia berakibat juga untuk kutuk terhadap alam semesta. Demikian juga akibat langsung dari kejatuhan manusia, maka Roh Allah tidak selamanya tinggal dalam diri manusia (ay. 3) yang sekaligus juga berakibat langsung pada penurunan kondisi fisik manusia (berkurangnya umur dan kematian fisik).

Perkembangan penggenapan "Janji Penebusan"
(Covenant of Redemption)
Dalam perkembangannya, janji penebusan itu selalu ditegaskan kembali oleh Allah melalui bapak-bapak patriakh, di antaranya:
1.     Pemilihan Nuh (psl. 6:9-28). Bagian ini menjelaskan keadaan yang kontras antara pribadi Nuh dengan semua orang pada jamannya. Ayat 9 menekankan karakter dan kepribadian Nuh yang terkenal baik dan saleh mengekspresikan ketaatannya kepada Allah. Pemilihan Nuh langsung menggaris bawahi konsep "Covenant of Redemption" bahwa perjanjian adalah inisiatif Allah sendiri dan Allah berhak memutuskan kepada siapa Ia akan mengikat perjanjian (ay. 8). Konsep "karat berit" (perjanjian dengan memotong kurban) segera nampak setelah peristiwa air bah, dimana Nuh menanggapi pilihan Allah dengan mempersembahkan korban bakaran (psl. 8:20). Kepada Nuh, Allah mengadakan perjanjian-Nya, yaitu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya, Allah meneguhkan perjanjian-Nya (9:13) dan berkat atas Nuh mencakup segala makluk di bumi (ay. 17).
           Pemilihan Nuh merupakan bagian penting dalam sejarah keselamatan Allah, nampak bahwa Allah secara bertahap menggenapi janji penyelamatan-Nya. Sem sebagai salah seorang keturunan Nuh serta daftar keturunanya dicatat secara khusus dalam 11:10-26 merupakan mata rantai karya Allah dalam setiap pribadi dan pada setiap zaman.
           Peristiwa menara Babel yang dicatat dalam pasal 11 merupakan ekspresi sangat kuat akan keinginan manusia untuk untuk mandiri dalam pengertian negatif melepaskan diri dari keterkaitannya dengan dengan Allah. Frase "mereka berkata" (ay. 3) merupakan eksresi kesepakatan banyak orang. Kata "marilah"  (habah) yang diulang 3 kali merupakan keinginan yang kuat. Akhiran ah merupakan penegasan ajakan yang sungguh-sungguh. Mereka sepakat untuk membuat kota yang menaranya sampai ke langit dengan maksud mencari kemasyuran nama sendiri, keinginan untuk menyamai Tuhan dan melawan mandat Allah untuk pergi ke seluruh bumi dan memenuhinya (Kej. 1:28). Intervensi Allah terhadap kesepakatan manusia nyata bahwa Allah berkuasa menjatuhkan penghakiman-Nya. Frase "baiklah kita" (ay. 7) menunjuk pada keberadaan Allah: "Plural Majestic / Exelence". Demikianlah nama "Babel" yang kemungkinan berasal dari kata "babal" artinya 'diserakkan' menjadi awal dari penyebaran suku bangsa dan bahasa. 
2.     Pemilihan Abraham (psl. 12-21)
a.     Perjanjian asli dengan Abraham (psl. 12). Dalam Kej. 17:1, Allah memperkenalkan diri kepada Abraham sebagai "El-shadai" untuk menegaskan dan memberi keyakinan kembali kepada Abraham bahwa Ia adalah Allah Yang Maha Kuasa (omnipotent). Pernyataan ini sangat penting karena pemanggilan Abraham dilatar-belakangi penjelasan yang menyatakan istrinya Sarai akan mandul (psl. 11:30), sedangkan di pihak lain Allah menjanjikan berkat atas keturunannya.
         Ada selang waktu cukup lama antara janji Allah yang pertama sampai dan penggenapannya sampai lahirnya Ishak sebagai anak perjanjian. Ada pula peristiwa-peristiwa penting dalam selang waktu tersebut. Dari kelahiran Ismael (16:16) pada waktu Abraham berumur 86 tahun sampai kelahiran Ishak (psl. 21) dimana usia Abraham 100 tahun berkisar 14 tahun. Pasal 14:17-18 mengisahkan pertemuan Abraham dengan Melkisedek raja Salem (Mzm. 76:3 menyebut Yerusalem), demikian juga Mzm. 110:4 dan Ibr. 7:1-10 memberikan penjelasan mengenai Melkisedek.
b.     Penegasan kembali perjanjian Abraham (psl. 17). Dalam pasal ini ada prinsip yang sangat penting mengenai perjanjian Allah dengan Abraham. Kata "akan mengadakan" (ay. 2) diterjemahkan dalam bahasa Ibrani artinya 'memberi'. Dalam perjanjian Allah dengan Nuh dipakai kata qom artinya 'menetapkan'. Pemakaian kata 'natan' dalam Kej. 17:2, 7, perjanjian dengan Abraham dimaksudkan bukan sebagai perjanjian yang baru melainkan perjanjian kepada Nuh diperbaharui atau dikuatkan / dilaksanakan. NIV menulis "I will confirm my covenant ...".
                 Penekanan kalimat "dari pihakku" (ay. 4) menegaskan sekali lagi konsep     perjanjian (berit) yang datang dari inisiatif dan karya Allah sendiri (monergismen),            dan respon dari pemilihan Allah tersebut menegaskan bahwa Abraham            memelihara perjanjian dengan 'sunat' (perhatikan konsep 'karat' artinya 'memotong', curahan darah sebagai penegasan perjanjian (ay. 9).
                  Realisasi perjanjian tersebut pertama-tama nyata dari perubahan nama Abram dan sarai. Abram berasal dari dua kata: (ab) dan (rum), artinya 'bapa yang dimuliakan' atau kemungkinan lain artinya 'Bapa dari Aram', ganti dengan Abraham merupakan merupakan singkatan dari (ab human goym) artinya 'bapa dari banyak bangsa'. Demikian juga Sarai yang berarti "ibu" sedangkan Sarah 'ibu dari banyak bangsa' (ay. 15-16).
Empat aspek yang merupakan penggenapan yang nyata dari perjanjian Allah dengan Abraham bahwa kepada Abraham:
·         Memberi banyak keturunan
·         Keturunannya akan menjadi banyak bangsa
·         Penetapan perjanjian yang kekal bahwa Allah akan menjadi Allah Abraham selama-lamanya.
·         Menyerahkan tanah Kanaan menjadi tanah perjanjian.
     
Sunat sebagai tanda perjanjian secara fisik mengandung beberapa aspek penting, yaitu:
·         Sebagai petunjuk dari penegasan bagi "umat pilihan" (bnd. Im. 12:3; Luk. 1:59).
·         Alasan kesehatan.
·         Tanda simbolik yang menunjuk kepada sunat rohani. Tanda daging menjadi tanda rohani yang kekal (ay. 13b).
Ucapan berkat untuk Sarah yang tertulis dalam ayat 16 sekaligus merupakan kata-kata prophetic yang akan tergenapi bahwa dari Sarahlah akan dilahirkan anak laki-laki yang diberkati, melalui Sarahlah akan dilahirkan raja-raja dan bangsa-bangsa.
Mengenai penetapan Ishak sebagai anak perjanjian dalam ayat 19 dengan memberi nama secara langsung. Demikian juga penekanan kata yang dipakai dua kali dalam ayat 19 dan 21, yakni kata "mengadakan" dan "kuadakan" berasal dari akar kata yang sama, yakni "qom" artinya 'menetapkan' (kata yang sama dipakai oleh Allah dalam menetapkan perjanjian-Nya dengan Nuh dalam Kej. 9:9). Kata "tidak" (abal) merupakan reaksi Allah terhadap Abraham, bahwa Allah memiliki rencana yang pasti bahwa terhadap Sarah yang ditetapkan-Nya menjadi ibu dari anak perjanjian, yaitu Ishak.     
c.     Perihal Ujian Terhadap Iman Abraham: Kurban Ishak (22:1-19).
         Kalimat pertama dalam ayat 1 berbunyi: "Setelah semuanya itu Allah mencoba Abraham: memiliki arti eksegetis yang sangat penting khususnya kata "semuanya itu" (ha eleh), seolah-oleh merupakan rangkuman kehidupan Abraham dari janji keturunannya, yakni Ishak yang penggenapannya merupakan selang waktu yang cukup panjang, yakni 14 tahun, dimana dalam kurun waktu tersebut terdapat keragu-raguan Abraham terhadap penggenapan janji Allah sehingga ia putus asa (15:1-4), melangkah mendahului Allah (peristiwa kelahiran Ismael dalam Kej. 16) dan respon negatifnya terhadap pengulangan janji Allah (Abraham dan Sarah tertawa, psl. 17-18). Namun demikian, Allah yang memiliki rencana serta waktu penggenapan yang tepat, akhirnya pernyataan bahwa "Akulah Allah Yang Maha Kuasa" (17:1) sungguh-sungguh terbukti.  
           Demikian juga kalimat selanjutnya "Allah mencoba Abraham". Kata (nitah), mencoba adalah ujian bagi Abraham sebagai bapa orang percaya, merupakan ujian yang tidak pernah terulang dan merupakan ujian yang tidak masuk akal, tidak beralasan dengan penuh konflik dalam hidup Abraham. Namun demikan, peristiwa itu merupakan paling berharga dalam memahami hidup mempercayakan diri kepada segala kuasa dan kebaikan Allah.
Penegasan perintah Allah mengorbankan Ishak sama sekali tidak memungkinkan kesalahan penafsiran siapakah anak Abraham yang Tuhan kehendaki untuk dikurbankan. Kata "ambillah" Ibr.:- qahk) yang segera diikuti kata "mu / milikmu, yakni "anakmu" , "anak tunggalmu yang kau kasihi" , "Ishakmu" . Dalam konstruksi bahasa Ibrani pengulangan kata "et" sungguh menegaskan arti. Secara hermeneutis hal ini ditegaskan sebagai nubuatan Mesianis (Messianic prohecy) yang nyata dalam PB, yakni dalam Yoh. 3:16; Flp. 2:6-9, Kristus sebagai Anak Domba Allah yang dikurbankan.
          Ungkapan Abraham kepada bujangnya dalam ayat 5 "... sesudah itu kami kembali kepadamu", merupakan "statement of faith", dimana kata "kami" menegaskan keyakinan iman Abraham bahwa Ishak adalah anak perjanjian (Kej. 21:12) serta keyakinan terhadap Allah Yang Maha Kuasa yang sanggup menghidupkan orang mati (Ibr. 11:17-19).  
       Frase "Tuhan menyediakan" (Yehowah Jireh) mengandung pemahaman profetis yang sangat penting. Domba yang tanduknya tersangkut belukar (22:13) adalah gambaran Anak Domba Allah yang berseru-seru "Eli-eli sabakhtani" (Mat. 27:46). Di atas bukit Golgota Yehowah Jireh Anak Doma Allah yang tanpa cacat cela telah disembelih, dikurbankan sebagai penggenapan janji penebusan (Covenant of Redemption) bagi umat-Nya yang berdosa dan penuh kenajisan.
d.     Kematian Sarah (23:1-20)
        Peristiwa kematian Sarah yang tercatat dalam pasal ini di dalamnya terkandung makna teologis yang penting di samping laporan tentang kematian Sarah, permintaan Abraham kepada Bani Het (panduduk tanah Kanaan) untuk diijinkan mengubur istrinya di sana, merupakan catatan sejarah yang perlu diperhatian.
           Menarik bawasanya proses pemilikan ladang dan gua Makhpela milik Efron bin Zohar diterima Abraham bukan dengan cuma-cuma, walaupun hal itu telah ditawarkan oleh Zohar sendiri (23:10). Proses pemilikan gua Makhpela di Kiryat Arba daerah Hebron berlangsung dengan transaksi resmi, yakni: Pertama, Abraham membelinya dengan harga empat ratus syikal perak. Kedua, transaksi disaksikan oleh masyarakat luas di depan pintu gerbang. Catatan arkeologis pintu gerbang pada zaman itu menjadi tempat pertemuan para pemimpin negeri (bnd. Ams. 31:23).
        Demikian juga ayat 20 nampak ekspresi kata yang penting bahwa kata "diserahkan" dapat diartikan "ditetapkan". Demikian juga kalimat "menjadi kuburan miliknya", menjadi titik penggenapan janji Allah akan tanah Kanaan yang akan diserahkan kepada Abraham dan keturunannya. 
e.     Riwayat Ishak (psl. 24, dst.)
Setelah kematian Sarah, Abraham mengadakan sumpah dengan hambanya untuk mencarikan istri bagi Ishak bukan dari perempuan Kanaan, melainkan dari tanah dimana keluarganya tinggal di Haran. "Lalu hamba itu meletakkan tangannya di bawah pangkal paha Abraham, tuannya dan bersumpah kepadanya tentang hal itu (ay. 9). Frase "meletakkan tangannya" (bigzirath mehulathi) adalah ekspresi sumpah yang memiliki tendensi religius (bnd. Ay. 3), dimana Abraham dan seluruh keluarganya memiliki kehidupan religius yang diikat oleh perjanjian Allah sendiri kepadanya.
Ekspresi lebih jauh mengenai iman dan pengenalan keluarga Abraham nampak dalam ekspresi hamba Abraham tersebut setelah mendapat Ribka. Ay. 26, kata "berlutut" (yikhod) sebetulnya menundukkan kepala dan menyembah (vaiyistachu) artinya 'menyembah' (sujud dengan kepala mencium tanah). Dari perkawinan Ishak dan Ribka inilah lahir dua anak yang kepada mereka firman Tuhan menubuatkan bahwa Esau (kemungkinan nama ini berasal dari kata asah, diartikan 'membuat keras') akan menjadi nenek moyang bangsa yang besar (bangsa Edom, Kej. 25:30; 36:8-9, 43) dan Yakub (nama Yakub berasal dari kata akab yang berarti 'menipu, merampas') yang akan menjadi tuan atas Esau. Nama Yakub diberikan atas peristiwa kelahirannya dimana Yakub memegang tumit Esau (25:26), dimana peristiwa ini dilihat sebagai "dominasi" Yakub (mendesak) Esau.

0 komentar:

Post a Comment