orthochristian.com
1. Judul.
Nama Pengkhotbah berasal dari judul yang diberikan oleh
Septuaginta. Istilah Yunani: ecclesiastes,
berarti ‘perhimpunan’ yang berasal dari kata ekklesia yaitu yang dipanggil keluar untuk berhimpun bersama (kaum
beriman). Judul Ibrani Qoheleth
berarti ‘seseorang yang berbicara dalam suatu qahalayak ramai’ yang biasanya
disebut ‘pengkhotbah’.
2. Penulis.
Ada dua pendapat tentang siapa penulis kitab ini yaitu:
·
Memakai bukti eksternal, dimana tradisi
Yahudi mengakui bahwa Salomo penulis kitab ini. Hal ini juga didukung oleh
bukti internal dimana penulis selalu merujuk kepada Salomo. Diantaranya yaitu :
penulis memperkenalkan dirinya sebagai ‘Anak Daud, raja di Yerusalem’ (1:1).
Porsi hikmatnya tak ada tandingannya (1:16 bnd. 1 Raj. 4), kekayaannya tak
habis-habisnya (2:7), dan pembangunan yang tak henti-hentinya (2:4-6)
seluruhnya memberi kesan bahwa hanya orang sekaliber Salomo sajalah yang
sanggup melakukannya.
·
Pendapat kedua menyanggah pendapat diatas,
dengan menunjukkan bahwa kitab Pengkhotbah mempunyai gaya bahasa abad 5 sM yang tidak sezaman dengan Salomo,
misalnya adanya pengaruh bahasa Aramaik serta adanya pinjaman kata-kata asal
Persia, ditambah lagi dengan kegiatan-kegiatan agamis yang baru muncul di
Palestina sekitar abad 2 sM, di tengah-tengah gejolak isme-isme dan perilaku
hidup yang dipaparkan Pengkhotbah. Menurut bahasa Ibrani yang digunakan oleh
Ezra-Nehemia (abad 5 sM), maka Pengkhotbah tidak dimungkinkan menuliskannya
lebih dini dari abad 4 sM. Belum lagi ada kesan yang seakan menunjuk si penulis
bukan seorang raja, sehingga ia tak dapat mengambil keputusan dalam pengadilan
(3:16).
Dari kedua pendapat diatas, pendapat
pertama lebih banyak dianut oleh para ahli, sebab alasannya lebih dapat
dipertanggung jawabkan.
3. Tahun
Penulisan.
Menurut tradisi Yahudi, Salomo menulis Kitab Pengkhotbah
pada masa tuanya, seakan mengungkapkan penderitaan orang lanjut usia (bnd.
12:1). Ada kemungkinan, Kitab Pengkhotbah merupakan catatan jurnal penyesalan
Salomo dan pertobatannya dari penyelewengan imoralitasnya yang tercatat dalam 1
Raj. 11. Kitab Pengkhotbah mungkin saja ditulis antara menjelang kematian
Salomo hingga kerajaannya terbagi dua yaitu tahun 1000 – 900 sM.
4. Tema.
Tema kitab Pengkhotbah yaitu kesia-siaan hidup yang
terpisah dari Allah. Hal itu nyata dalam :
·
Hidup tanpa Allah sia-sia saja. Pengkhotbah
mencoba menjelaskan bahwa keberhasilan dan kebijaksanaan manusiawi itu akhirnya
akan sia-sia jika tanpa Allah.
·
Pengkhotbah menegaskan bahwa tidak semua
kenyataan hidup dapat seutuhnya terpahami, yang berarti kita harus hidup dengan
mata rohani bukan mata jasmani. Oleh karena itu kunci hidup adalah takut akan
Allah dan takluk kepada hukum-hukumnya.
·
Pengkhotbah menunjukkan bahwa manusia yang
meninggalkan Tuhan akan menemukan hidup yang hampa dan kekecewaan.
5. Garis
besar.
I. Pendahuluan.
A. Permasalahan
hidup dipaparkan (psl. 1-2).
1. Kefanaan
lingkaran kehidupan
2. Kefanaan
hikmat manusia
3. Kefanaan
kesukaan dan kekayaan
4. Kefanaan
materialisme
5. Kesimpulan
B. Perencanaan
Allah yang kekal (psl. 3).
1. Ia
menetapkan peristiwa kehidupan
2. Ia menetapakan kondisi kehidupan
3. Ia menghakimi semua
4. Kesimpulan
C. Kefanaan
keadaan hidup (psl. 4-5).
1. Kekuasaan
kejahatan
2. Kefanaan kerja keras
3. Kefanaan kesuksesan politik
4. Kefanaan kepercayaan manusia
5. Kefanaan kepercayaan manusia
6. Kesimpulan.
D. Kefanaan hidup
secara keseluruhan (psl. 6).
1. Kekayaan
tak akan memuaskan
2. Kematian
lebih baik dari pada kehidupan
3. Kerja
keras tak akan memuaskan
E. Nasihat
untuk hidup dalam kefanaan (psl. 7-12).
1. Nasihat
mengingatkan akan kejahatan manusia
2. Nasihat
mengingat akan providensia Allah
3. Nasihat
mengingat ketidakpastian hidup
4. Nasihat
mengingat proses penuaan hidup
II. Penutup
0 komentar:
Post a Comment